Tawazunitas dan Totalitas (bagian 1)
Dimensi Kehidupan Selaras Fitrah
Dalam dimensi kehidupan selaras fitrah, dimensi-dimensi kehidupan seperti: Dakwah, Bisnis, Pendidikan, Keluarga, dan Sosial merupakan dimensi kehidupan yang penting selaras fitrah. Fitrah merupakan primordial nature agar manusia hidup berbahagia dengan memenuhi dan menyeimbangkan semua dimensi tersebut dan memadukannya.
Namun di akhir zaman ini, jangankan menyatukan atau memadukan dimensi ini dalam kehidupan dalam rangka menghamba kepada-Nya, bahkan menyeimbangkannya pun nampaknya hampir tak mungkin bahkan mustahil. Mengapa?
Keseimbangan dan Integrasi dalam Kehidupan
Sebenarnya dan sesungguhnya Allah telah meletakkan segala sesuatu di semesta dengan seimbang dan terpadu, termasuk dalam kehidupan manusia. Sayangnya, manusia dengan egonya dan secuil ilmunya amat sangat suka mengubah-ubahnya, merasa dirinya hebat dan jumawa.
Kegagalan menyeimbangkan dan memadukan dimensi kehidupan itu jelas menyebabkan segala sesuatu dalam kehidupan berjalan sangat rentan dan mudah roboh berantakan. Secara umum, penyebab utamanya adalah karena keliru ilmu, bukan kurang ilmu, sehingga makna dan hakekat kehidupan menjadi menyempit atau menyimpang.
Dampak Kesalahan Ilmu terhadap Dimensi Kehidupan
Karena keliru ilmu itulah maka orientasi pasti bergeser dari Allah kepada ego, dari orientasi akhirat menjadi obsesi dunia (kaya, berkuasa, tenar). Tanpa sadar, masing-masing dimensi itu dianggap bagian-bagian yang terpisah, ibarat mata pelajaran sekolah yang tidak pernah bisa diintegrasikan, sehingga kacau ketika harus berhadapan dengan soal terpadu, apalagi dalam kehidupan nyata.
Lihatlah, ada orang yang kehidupan keagamaannya atau kehidupan dakwahnya tidak terhubung dengan bisnisnya atau karirnya. Juga tidak nyambung dengan bagaimana ia menjalani pendidikan dirinya maupun keluarganya, atau mengelola pernikahannya, atau kontribusi sosialnya.
Penyempitan Makna dalam Dimensi Kehidupan
Memisah-misahkan itu karena keliru ilmu atau keliru pandang tentang hakekat kehidupan, yaitu memahami dan memaknai masing-masing dimensi secara sempit.
1. Dakwah di Masa Kini
Dakwah di masa kini umumnya lebih banyak euforia simbol dan tren daripada fokus pada substansi dakwah, yaitu misi untuk menebar rahmat, membawa berita gembira (solutions), dan peringatan (warnings) dengan melakukan perubahan yang signifikan untuk mengembalikan kesejatian ummat dan bumi Allah serta menegakkan agama Allah.
2. Bisnis dan Karir
Begitu pula dimensi kehidupan yang bernama karir atau bisnis dimaknakan sebagai upaya mencari atau mengejar uang, branding produk, manajemen reputasi, dan visi capital gain keuntungan dunia. Di era kapitalisme saat ini, tanpa sadar fokus hidup hanya mengarah ke bisnis atau karir yang seolah menjadi tujuan, identitas, komunitas, dan misi hidup yang tertinggi alias menjadi agama baru.
3. Pendidikan Anak
Pendidikan anak disempitkan menjadi menitipkan anak di sekolah seharian, walau sekolah Islam sekalipun. Pendidikan hanya ditujukan agar mendapatkan sertifikat, ijazah, lalu kerja atau karir, menikah, dan hidup berkecukupan. Para pendiri lembaga pendidikan pun orientasinya bisnis dengan visi capital gain.
4. Kehidupan Keluarga
Kehidupan keluarga disempitkan hanya sebagai status pernikahan dan tempat berkumpul, bereproduksi, serta berjibaku mengumpulkan harta bersama. Kadang keluarga dan membesarkan anak sering dianggap menghambat karir, bisnis, atau bahkan dakwah.
5. Aktivitas Sosial
Aktivitas sosial umumnya hanya digunakan sebagai ajang membuka jaringan bisnis atau pemasaran, atau memberi sumbangan agar rezeki dan bisnis lancar.
Kesimpulan: Kembali kepada Islam Kaffah
Kalau sudah begini, nampaknya, bacaan sholat seperti sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku, matiku, hanya untuk Allah semata menjadi tak berlaku.
Atau Islam Kaffah mungkin dimaknai sebagai full mengerjakan sunnah-sunnah semata, bukan kehidupan yang totalitas, dimana dimensi kehidupan seimbang dan terintegrasi dengan indah di jalan Allah untuk menuju Allah.
Rupanya sekularisasi telah melanda banyak isi kepala kita, bukan hanya pemisahan Islam dari politik, tetapi juga pemisahan Islam dari pendidikan, keluarga, bisnis, sosial, dan sebagainya. Pemisahan ini di antaranya diawali dengan menyesatkan makna, sehingga terjadi penyempitan makna-makna dalam dimensi-dimensi hidup tersebut.
Ketidakseimbangan dan ketidakpaduan inilah penyebab kehidupan yang berantakan dan tidak mengalami kebahagiaan hakiki.
Untuk jelasnya, saya akan ilustrasikan bagaimana sesungguhnya makna yang benar, sehingga kita tidak memisahkan satu sama lain, mudah menyeimbangkan dan memadukannya.
(Bersambung)
Penulis: Harry Santosa, Allahuyarham
#fitrahworldmovement
#fitrahbasededucation
#fitrahbasedlife
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!