Posts

Banyak ustadz yang barangkali ilmu tafsirnya, ilmu fiqh nya jauh melampaui ustadz Abdul Somad (UAS) namun mengapa ummat lekas jatuh cinta kepada UAS?

Jika kita membaca atau mendengarkan ulasan ulasan dan jawaban jawaban Beliau tentang hukum Islam, maka kita dapatkan bahwa itu disampaikan dengan lugas, sederhana namun sastrawi dan bermakna mendalam dan menggugah jiwa.

Menilik kota kelahiran UAS, juga kota dimana ia dibesarkan dalam lingkungan itu, Pekanbaru, maka satu hal yang bisa mudah kita ingat dari kota ini adalah tradisi berpantun, adab dalam berbahasa dan bertutur.

Pepatah “Bahasa menentukan Bangsa”, maksudnya adalah kemampuan masyarakat bertutur indah menentukan derajat dan martabat masyarakat itu. Berbahasa yang indah menggambarkan Adab yang luhur sehingga menjadilah peradaban yang beradab dan mulia.

Kaitan Adab dan Bahasa serta Estetika sangat erat, karenanya Adab bukan hanya etika disiplin berupa aturan aturan yang kita pahami secara sempit, namun adab adalah kemuliaan, martabat dan derajat yang menunjukkan kadar intelektualitas, kadar apresiasi dan ekspresi pada keindahan dstnya. Karenanya fakultas sastra dan bahasa dalam khazanah Islam disebut fakultas adab.

Dan berpantun dan bersyair dalam banyak bangsa yang beradab bukan “dibuat buat” namun mengalir tumbuh sejak usia dini karena tradisi keluarga dan masyarakat yang menjunjung kehalusan berbahasa dengan bertutur, bercerita dan bersyair serta berilustrasi yang melibatkan keindahan mata, telinga, hati bahkan gerakan jasmani.

Hari ini banyak kita jumpai elite pemimpin yang miskin berbahasa dan bertutur yang indah, minim kesantunan, berorasi gaya kapitalis barat dstnya. Ada juga elite yang berpantun namun garing lebih mirip komedian. Jika elite yang dipuja puja begitu, maka rusaklah keteladanan dan peradaban.

Sementara di banyak lembaga pendidikan hari ini, anak anak kita sejak usia dini memahami agama dengan cara modern ala industrial yang sangat kaku dan formal. Kita terpasung pada cara pandang persekolahan formal, yang memuja akademis dengan model belajar kaku dan formal.

Agamapun bahkan adab disampaikan dalam bentuk kaku dan formal sebagai aturan dan tuntutan. Adab bukan dipahami sebagai estetika atau keindahan tetapi aturan disiplin yang harus dijalankan. Bahasa ibu (mother tongue) tak pernah tuntas diberikan sampai menjadi kemampuan mengekspresikan gagasan dan perasaan dengan jelas, runut, logis dan indah.

Islam yang disampaikan dengan cara cara yang tak fitri itu, hasilnya sudah dapat kita duga dan rasakan, yaitu perlawanan dan pemberontakan ketika beranjak pemuda, sehingga alih alih beradab malah biadab.

Pada tingkat tertentu adab memang nampak sebagai rules, tetapi ingat bahwa rules harus dilakukan sebagai kesadaran, dan kesadaran tumbuh dari keterpesonaan atau cinta, dan cinta lahir dari keindahan atau imaji imaji yang indah tentang segala hal.

Dan kita bisa yakin bahwa UAS adalah sedikit dari begitu banyak ustadz dan pakar agama juga ahli bahasa Arab, yang mendapatkan pendidikan fitrah estetika dan bahasa dengan baik sejak usia dini dalam lingkungan yang memuaskan keindahan lewat mata, telinga, hati dan gerakan.

Maka kemudian munculah Beliau menjadi Ulama yang mampu memahami keindahan sastra alQuran karena keselarasan bahasanya, menyajikan jawaban dan solusi yang mempesona dan santun bagi ummatnya.

Maka, jika ingin lebih banyak melahirkan Ulama seperti UAS, jangan hanya fokus pada jumlah hafalan alQuran, adab yang kaku dan formal, tetapi imajikanlah keindahan alQuran lewat ilustrasi yang indah bagi mata, syair yang indah bagi telinga, kosa kata yang indah yang diucapkan lewat lisan, kisah dan keteladanan yang membekas dan mempesona jiwa hingga jatuh cinta, dan gerakan gerakan indah dengan bergerak alami di alam terbuka sejak dini.

Salam Pendidikan Peradaban

#fitrahbasededucation
#fitrahbasedlife
#fitrahestetikadanbahasa
#fitrahestetika
#mothertongue

Portfolio Items