Fitrah Munazalah (Kitabullah) Dalam Tinjauan Peradaban
Oleh Harry Santosa Allahuyarham.
Fitrah Munazalah atau Kitabullah Dalam tinjauan Peradaban adalah yang memandu semua potensi peradaban, Yaitu:
1. Fitrah dalam diri manusia atau fitrah Gharizah.
2. Fitrah yang melekat pada dimensi tempat atau Alam, yaitu belahan bumi dimana manusia itu ditempatkan.
3. Fitrah yang melekat pada dimensi waktu atau Kehidupan dan Zaman, yaitu umur dimana manusia diletakkan pada sebuah kehidupan.
Pendidkan berbasis fitrah : Mengintegrasikan Fitrah Alam, Fitrah Zaman, Fitrah Kehidupan, dan Fitrah Munazalah
Maka dalam pendidikan peradaban atau pendidikan berbasis fitrah, bukan hanya bicara Fitrah manusia namun juga semua bekal peradaban yaitu Fitrah Alam, Fitrah Zaman dan Kehidupan serta Fitrah Munazalah lalu interaksi dari keempatnya sepanjang proses kehidupannya atau pendidikannya.
Pendidikan yang baik dan benar
Pendidikan yang baik dan benar adalah pendidikan yang sejak hari pertama mampu menginteraksikan keempat fitrah ini sehingga tumbuh paripurna menjadi peran peran peradaban. Maka dalam proses pendidikan tidak ada cerita seseorang mengisi kepalanya banyak banyak dengan pengetahuan lalu setelah penuh baru berinteraksi dengan alam, kehidupan untuk memberi manfaat. Namun interkasi penuh dimulai sejak awal.
Fitrah Munzalah (alQuran dan asSunnah) harus berinteraksi penuh dengan fitrah manusia melalui beragam kegiatan dan peristiwa sehari hari di alam dan di kehidupan nyata sehingga melahirkan pengalaman mendalam, menstrukturkan nalar, membentuk sikap, adab dan pengkondisian kejiwaan dalam menghadapi realita dan kondisi nyata, menguji keimanan dstnya. Sistem Perskolahan Modern yang ditularkan Kolonialisasi membuat kita berfikir bahwa alQuran dan asSunnah dikumpulkan dulu di kepala baru kemudian diinteraksikan pada kehidupan ketika dewasa. Sungguh bukan demikian.
Pendidikan ala Rasulullah SAW: Menghubungkan Wahyu dengan Peristiwa dan Contoh dalam Kehidupan
Lihatlah bagaimana pendidikan ala Rasulullah SAW bagaimana wahyu turun satu demi satu mengiringi sebuah peristiwa atau case tertentu dalam kehidupan sejak hari pertama wahyu turun. Lihatlah bagaimana fitrah para Sahabat tumbuh hebat dalam kesadaran yang kuat.
Baca juga: Community-Based Education CBE with FBE
Wahyu yang turun atas peristiwa adalah sebuah proses pendidikan Robbaniyah yang luarbiasa.
Ini adalah proses tarbiyah yang menumbuhkan fitrah sekaligus proses ta’dib yang menanamkan Kitab dan Hikmah atau adab. Ini memberikan pengalaman hebat yang berkesan, mengkonstruksi pemikiran dan nalar, membentuk pensikapan dan membangun suasana kejiwaan atas sebuah peristiwa untuk kemudian berani melahirkan solusi dalam kehidhpan. Begitulah sejatinya pendidikan alQuran dan asSunnah, bukan sekedar ilmu pengenalan tetapi ilmu pengakuan (Ma’rifah) dan dibuktikan dengan amal nyata atau solusi nyata pada diri dan kehidupan.
Pendidikan Islam
Pendidikan Islam semisal Pesantren di zaman dahulu adalah pusat peradaban dimana Kyai, Santri dan warga bahu membahu berkebun, berladang, berdagang dll membangun peradaban dan mengimplementasikan alQuran dan asSunnah serta Kitab klasik langsung dalam kehidupan sehari hari. Betapa indahnya ketika Ayat Qouliyah bertemu dengan Ayat Kauniah. Fitrah manusia berinteraksi hebat dan manfaat dengan fitrah alam, fitrah kehidupan dan fitrah Munazalah (Kitabullah) sejak hari pertama pendidikan dimulai. Pendidikan Islam bukanlah seperti kuil tempat para pendeta tenggelam dalam semedinya, asik membaca Kitab dan Silat, berdiri megah di tengah desa berupa gedung megah berpagar tinggi terpisah dari jiwa masyarakatnya (fitrah kehidupan), terpisah dari keharmonian alamnya (fitrah alam) bahkan terpisah dari jiwa para santrinya (fitrah manusia).
Kita akan gagal paham bila memandang pendidikan Islam adalah pendidikan yang mengisi kepala penuh penuh dengan pengetahuan Islam lalu terjun ke masyarakat ketika sudah penuh. Pendidkan Islam justru menginteraksikan semua fitrah manusia, fitrah alam, fitrah kehidupan dan fitrah Munazalah sejak hari pertama pendidikan dimulai. Karena pendidikan sejatinya adalah membangun peradaban bukan sekedar mencetak orang pandai dan shalih.
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!