nurturing nature

Ada (selalu) yang menarik dari keynote speaker Abah Rama Royani pd acara launching fbe series 2019.

Sebagaimana biasa beliau senantiasa menyajikan hal hal baru hasil pencarian beliau terhadap makna dan istilah.

Sebenarnya bukan hal baru tetapi hal yang benar dari sesuatu yang menjadi kaprah yang salah di masyarakat namun digunakan terus menerus sehingga perlu diluruskan sesuai makna aslinya.

Misalnya istilah “soft skill”, ini adalah istilah yang sering digunakan sebagai akibat digunakannya kata “hardskill”, padahal yang namanya skill pasti hard, tak mungkin soft. Maka menurut beliau yang benar adalah hard competence dan soft competence, bukan hard skill dan soft skill.

Misal lainnya adalah definisi yang benar misi dan visi, purpose & mission, definisi strengths dan talents, dsbnya termasuk definisi karakter, yang sering diperdebatkan, apakah karakter dilahirkan (nature) atau dibentuk (nurture)

Beliau sebenarnya ingin menjelaskan fitrah dari sudut pandangnya, namun beliau mengambil asumsi bahwa fitrah adalah konsep komprehensif dari karakter yang dilahirkan (nature character).

Maka yang beliau sampaikan adalah definisi karakter dalam perspektif nature. Beliau mengatakan bahwa yang dimaksud dengan character building bukan membangun karakter, tetapi menbangunKAN karakter.

Apa bedanya?

Jelas beda. Istilah “membangun karakter” berangkat dari pandangan bahwa manusia dilahirkan kosongan, tanpa membawa karakter apapun, sehingga karakter itu perlu diajarkan ditanamkan dan dibentuk serta dijejalkan dengan segala cara.

Sementara kata “membangunKAN” karakter berangkat dari pandangan bahwa karakter sudah ada dalam diri manusia (nature character atau fitrah) dan hanya butuh untuk di tweak up atau dibangkitkan saja (nurturing nature). Namun membangkitkannya juga harus menggunakan cara cara fitri agar tak malah merusak fitrsh itu sendiri.

Dalam perspektif Islam

Allah menetapkan Kitabullah, sebagai panduan bagi fitrah agar tumbuh indah sempurna dan berbahagia. Maka dapat kita pahami mengapa seorang Ulama, ibnu Taymiyah rahimahullah mengatakan bahwa fitrah dalam diri manusia disebut fitrah algharizah dan Kitabullah disebut fitrah almunazalah, itu karena keduanya kompatibel.

Mari membangunKAN karakter yang dilahirkan, dengan panduan agama yang fitri.

Semoga mencerahkan

Salam Pendidikan Peradaban

By Harry Santosa

#fitrahbasededucation
#fitrahbasedlife

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *