Disalin dari tulisan facebook harry santosa

 

“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah. Hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok. Bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS Al-Hasyr [59]: 18).

Why – Mengapa kita memerlukannya?

Banyak keluarga tidak merasa perlu untuk melakukan perencanaan tahunan keluarga, mengalir saja bagai air mengalir. Padahal air mengalir tak selalu menuju ke tempat yang baik, bisa juga ke parit dan comberan yang kotor. AlQuran memerintahkan setiap keluarga, khususnya para Orangtua untuk menjaga dirinya dan keluarganya dari api neraka (QS 66:6) dan ini memerlukan perencanaan yang baik terkait mendidik fitrah, adab dan ilmu.

Banyak keluarga sering mengeluh bahwa masalah dan ujian hidup mereka tak pernah selesai bahkan berulang terus, selalu diuji dengan hal yang sama. Namun anehnya mereka tak pernah merencanakan untuk menyelesaikannya dengan teliti dan rapih, karena mereka tak pernah melihat bahwa ujian itu adalah cara Allah untuk meningkatkan derajatnya, kemuliaannya dan kualitas hidupnya. Padahal apabila mau merencanakan suatu ikhtiyar perbaikan tentu akan ada peningkatan kualitas hidup yang semakin Allah ridhai.

Banyak keluarga yang sudah sadar pentingnya membuat perencanaan keluarga, namun sayangnya tak mengetahui bagaimana merencanakan yang benar dan baik serta Allah ridhai. Kalaupun merencanakan, umumnya perencanaan bersifat capaian dunia yang tidak ada korelasinya dengan peningkatan ketaqwaan kepada Allah.

When – Lalu kapan saat yang tepat membuat Perencanaan Tahunan Keluarga?

 

Umumnya, masyarakat modern menggunakan penanggalan Masehi atau Gregorian Calender, dan mulai merencanakan di bulan Desember, lalu dijalankan selama setahun dan dievaluasi ketika Desember akhir tahun depan.

Bagi Muslim, sebaiknya menggunakan Tanggalan Hjriyah atau Islam, karena bulan bulan Islam mengandung makna Ibadah dan keberkahan.

Perhatikan gambar, bagaimana siklus tahunan bulan bulan Islam benar benar mengandung makna spiritual yang dalam, sejak Ramadhan bulan pembakaran dan pendidikan, lalu Syawal bulan peningkatan, kemudian sampai bulan DzulHijjah dimana ada ritual Iedul Adha dan Wuquf, yang menjadi penanda kesiapan untuk lebih berlari lagi dalam peningkatan taqwa. Lalu ada Muharram tahun baru Islam dengan hari Asyura nya yang membangun mentalitas berani hijrah (dare to transform) untuk menuju Allah dstnya.

Bulan yang tepat untuk merencanakan adalah tentu bulan Ramadhan. Inilah bulan dimana fokus hati dan fikiran pada Allah dan Akhirat, dan tubuh sedang dalam keadaan “fresh” karena berpuasa, sehingga diharapkan bisa merencanakan dengan jernih dan tidak dengan hawa nafsu.

Ramadhan adalah great moment untuk kembali kepada fitrah, di bulan inilah semangat, motif dan tekad yang kuat (niyyah wa himmah) muncul di dalam jiwa untuk memperbaiki diri dan keluarga dengan sebaik baiknya agar tidak keluar dari bulan ini dengan tangan hampa, hanya letih dan lapar semata.

Temukan intensi intensi yang strategis pada diri dan keluarga untuk direncanakan perbaikannya dalam setahun ke depan. Apabila setiap Ramadhan kita melakukan ini, maka InsyaAllah perlahan kehidupan diri maupun keluarga kita semakin lama semakin selaras fitrah, semakin mengalami kebahagiaan hakiki, semakin meningkat kualitas keluarga kita dan semakin Allah meridhainya.

How – Lalu apa yang direncanakan dan bagaimana merencanakannya?

Sebagaimana tugas para keluarga khususnya orangtua untuk merawat fitrah, menanamkan adab dan mengajarkan ilmu fardu ain, maka kita bisa mulai dengan menemukan Intentions, suatu niyah dan himmah untuk kembali hidup selaras fitrah sehingga beradab dan menjalani hidup sebagaimana yang Allah ridhai.

Intention ini bisa berangkat dari hasil pemetaan fitrah fitrah dari setiap anggota keluarga kemudian menggali akar penyebab berupa penghalang dan pemicu tumbuhnya fitrah sehingga mendapatkan needs terdalam sebagai intentions untuk dituangkan dalam perencanaan untuk ditumbuhkan datau diperbaiki dalam setahun ke depan.

Intentions bisa juga berangkat dari misi keluarga, apa yang sungguh sungguh ingin diperjuangkan di jalan Allah, kemudian melihat apa saja dimensi dimensi kehidupan selaras fitrah (spiriual life, intelectual life, family life, worklife/business life, social life dstnya) yang perlu ditumbuhkan atau diupgrade sehingga mendukung keluarga dalam menjalankan misi keluarga dalam setahun ke depan.

Sebagai catatan, Ramadhan, khususnya 10 malam terakhir adalah momen paling baik untuk mengkristalkan misi hidup atau misi keluarga. Misi Keluarga adalah intensi paling kuat untuk membuat perencanaan tahunan keluarga.

Intentions strategis untuk diupdgrade ini kemudian bisa kita “breakdown” atau kita urai menjadi per tiga bulanan (lihat gambar), dan jika perlu kemudian kita turunkan menjadi perencanaan pekanan (weekly) dan harian (daily) selama setahun.

Silahkan mulai Ramadhan di 1442H sehingga insyaAllah Ramadhan 1443H tahun depan kita akan tiba sebagai manusia dan keluarga yang semakin beradab dan bahagia hidup selaras fitrah.
#fitrahbasedlife

Catatan

Dalam menscore fitrah
1. Syaratnya jujur , libatkan pasangan atau orang yang dipercaya
2. Yang discore bukan kepuasan materi atau fisik atau status sosial tetapi kepuasan batin atau spiritual
3. Score
1 – benci , 2 – hambar , 3 – malas (ini ada masalah dengan fitrah)
4 – antusias namun tidak konsisten (ini ada distrak atau hambatan)
5 – antusias dan konsisten (cukup kualitas dan kuantitas, memadai utk personal)
6- kontribusi utk orang lain walau sedikit
7 – kontribusi dan sangat bermanfaat , namun belum terintegrasi dgn misi hidup
8 – seimbang dan terintegrasi dengan misi hidup
9 – terintegrasi dan semakin banyak impact bagi ummat
10 – biarkan kosong sebagai pengembangan terus menerus
4. Jika ragu antara dua score, pilihlah yang paling rendah
5. Score ini hanya potret singkat, perlu digali lagi akar penyebab, penghalang dan pemicu upgrade
6. Score ini adalah based line untuk titik tolak perencanaan, tanpa based line maka tak mungkin dilakukan perencanan
7. Score ini bisa naik dan turun, tergantung konsistensi dan komitmen dalam memperbaiki. Dilakukan di awal perencanaan dan ditengah maupun di akhir pelaksanaan

 

Artikel ini mengulas tentang klasifikasi 8 dimensi fitrah dalam diri setiap individu dan peran peradaban yang akan dicapai, termasuk fitrah keimanan, fitrah bakat, sosial, keluarga, jasmani, estetika dan bahasa hingga fitrah perkembangan. Pelajari bagaimana pengembangan fitrah yang tepat dapat membantu mencapai kesiapan dan kebahagiaan dalam kehidupan, serta peran orang tua dalam mengarahkan anak-anak untuk menumbuhkan fitrah mereka. Artikel ini memberikan pandangan yang bermanfaat tentang bagaimana kita dapat menumbuhkan fitrah kita untuk mencapai kesiapan dan kebahagiaan dalam hidup. – adminweb

Oleh Harry Santosa Allahuyarham

8 Dimensi Fitrah

1. Fitrah Keimanan

Setiap anak lahir dalam keadaan telah terinstal potensifitrah keimanan, bahkan setiap kita ketika di alam rahim, pernah bersaksi bahwa Allah sebagai Robb (kholigon, rozigon, malikan) — QS 7:172. Tidak ada anak yang tidak cinta Tuhan dan Kebenaran kecuali disimpangkan dan dikubur oleh pendidikan yang salah dan gegabah. Ini meliputi moral, spiritual, keagamaan dstnya. Golden Age fitrah ini ada pada usia 0-6 tahun. Fitrah ini berinteraksi dengan Life System (FitrahMunazalah/Kitabullah) sehingga dicapai peran menyeru kepada Tauhi dan menyempurnakan semua akhlak. Buahnya adalah akhlak/adab terhadap Allah dan melingkupi semua akhlak lainnya.

Fitrah Keimanan akan tumbuh menjadi Kesiapan & Kebahagiaan
dalam dimensi Spiritual Life Menuju peran peradaban Change Maker

A Man of Mission & Vision

Sepanjang sejarah Peran seorang Ayah adalah pemimpin yang membangun Aqidah (faith & spirituality) atau Keimanan. Wujud keimanannya akan nampak pada kejelasan Misi Hidup dan Visi Hidupnya juga nilai nilai (core value) yang diyakininya baik disadari atau tidak. Ketika menikah Misi Hidupnya ini menjadi MIsi Keluarga, ayahlah yang menemukan Misi Keluarga, menunjukkan cara menempuhnya dan menarasikannya dengan hebat. Family Mission ini kelak menjadi family business dan family legacy sebagai perjuangan utama yang dilakukan bersama anak dan pasangan serta bisa diwariskan

A Person of Love and Sincerity

Ibu adalah sosok yang penuh cinta dan ketulusan. Allah SWT ciptakan wanita dengan karakteristik ini agar siap mendukung dan menjadi makmum (follower) misi hidup sang suami. Ia mendorong suaminya agar menjadi imam yang baik, membantunya dengan setia untuk menemukan misi hidupnya dan mendampinginya dengan segenap jiwa raga sepanjang hidupnya. Sosok Khadijah alKubro RA adalah contoh wanita yang mendukung penuh Misi suaminya dengan sepenuh cinta dan ketulusan.

2. Fitrah Bakat

Setiap anak adalah unik, mereka masing masing memiliki sifat atau potensi unik produktif yang merupakan panggilan hidupnya, yang akan membawanya kepada peran spesifik peradaban, Golden Age pengembangannya di usia 10-14 tahun. Fitrah ini berinteraksi dengan fitrah kehidupan untuk peran Bashiro wa Nadziro, Buahnya adalah akhlak pada kehidupan manusia.

Fitrah Bakat akan tumbuh menjadi Kesiapan & Kebahagiaan
dalam dimensi Worklife/Business Life Menjuju Peran Peradaban Solution Maker

Professionalisme & Enterpreneurship Builder

Peran ayah juga adalah pembangun profesionalisme baik dalam karir maupun bisnis atas fitrah bakatnya. Ayah di masa lalu menurunkan profesinya pada anak anaknya, menjadi guide and coach talent sejak di rumah sampai kepada bisnis keluarga. Ayahlah yang membawa Family Mission menjadi Family Business termasuk family branding untuk memberikan solusi kepada masyarakat dalam satu atau lebih bidang kehidupan dalam profesi atau bisnis.

Wisdom and Knowledge Keeper

Ibu sepanjang sejarah adalah pemelihara kearifan dan pengetahuan di keluarga. Di masa pertanian dahulu peran ibu adalah sebagai penjaga dan perawat benih tumbuhan. Mereka menyimpan pengetahuan dan kearifan keluarga dalam syair dan dongeng, agar dapat diwariskan kepada anak dan keturunan dengan cara yang alamiah dan indah.Di masa modern, peran ibu sesungguhnya tidak berbeda, ia dengan telaten membangun sistem dokumentasi dan portofolio keluarganya, baik anak maupun suaminya. Ibulah sang penyedia sumber belajar, sumber kebijaksanaan dan pengetahuan di rumah, ia ibarat perpustakaan berjalan. Bunda mengimbangi peran Ayah sebagai pembangun sistem berfikir dan bernalar. Jika Ayah sang pembentuk Fikir, maka para Bunda adalah sang penumbuh Dzikir.

3. Fitrah Belajar & Bernalar

Setiap anak adalah pembelajar tangguh dan hebat yang sejati. Tidak ada anak yg tidak suka belajar kecuali fitrahnya telah terkubur atau tersimpangkan. Golden age pengembangannya di usia 7 -10. Interaksi terbaiknya dengan Alam. Peran yang dicapai adalah peran memakmurkan dan melesatarikan alam sebagai bagian dari rahmatan lil alamin. Buahnya adalah akhlak /adab terhadap alam, ilmu dan ulama.

Fitrah Belajar dan bernalar akan tumbuh menjadi Kesiapan & Kebahagiaan
dalam dimensi Intelectual Life Menuju peran Peradaban Innovation Maker

Logic & Thinking System Builder

Peran ayah adalah juga pembentuk sistem berfikir dan nalar (logika) bagi anak dan pasangannya. Ayahlah yang merancang grand design pengetahuan dan pembelajaran di rumah, merancang family innovation melalui pengelolaan aset pengetahuan dan kearifan di keluarga.

Owner of Conscience & Morality

Ibu adalah sang pemilik moral dan nurani. Ia penumbuh nurani dan moralitas untuk mengimbangi peran Ayah sebagai pembangun professionalisme dan business. Jika Ayah sang pembentuk kinerja (performansi), maka para Bunda adalah sang pembangun moral dan nurani. Banyak masalah dan problematika di dunia yang tidak bisa diselesaikan kecuali dengan kebeningan hati nurani.

4. Fitrah Sosialitas & Individualitas

Setiap manusia dilahirkan sebagai individu, sekaligus juga makhluk sosial atau ketergantungan pada sekitarnya. Manusia memerlukan Interaksi sosialdengan kehidupan sekitarnya, Sosialitas akan tumbuh baik sejak usia 7 tahun, jika individualitas tumbuh utuh pada usia di bawah 7 tahun. Di bawah 7 tahun anak belum punya tanggung jawab moral dan sosial.

Fitrah Individualitas dan Sosialitas akan tumbuh menjadi Kesiapan & Kebahagiaan
dalam dimensi Social Life Menuju Peran Peradaban Social Maker

Ego System & Eco System Builder

Peran ayah berikutnya adalah sang Pembangun Sistem Ego (fitrah individualitas) melalui Self Acceptance & Self Awareness, agar kelak anak mampu hidup dalam sistem sosialnya. Bermain bersama ayah adalah melatih kehidupan bersosial.

Ocean of Forgiveness & Sacrifice (Fitrah Individualitas & Sosialitas)

Jika Peran Ayah adalah Sang Ego yang membangun Ego Keluarga maka Peran Ibu adalah Sang Perawat Ego dengan berbasis pengorbanan, ia adalah Lautan Maaf dan sosok yang penuh pengorbanan. Ego yang sehat akan tumbuh subur dalam wadah maaf seluasnya dan airmata pengorbanan.

Permaafan tak bertepi dan Pengorbanan tiada ganti inilah justru yang melengkapi Kecerdasan Ego dan Kecerdasan Sosial anak dan keluarganya. Anak anaknya akan tumbuh menjadi orang yang siap menjadi Imam (leadership) sekaligus Makmum (followership) untuk mampu berkolaborasi di dalam kehidupan sosial masyarakatny

5. Fitrah Jasmani

Setiap anak lahir dengan membawa fisik yang suka bergerak aktif dan panca indera yang suka berinteraksi dengan bumi dan kehidupan. Setiap anak suka kesehatan dan asupan yang sehat. Setiap indera juga suka menerima input yang membahagiakan dan menenangkan.

Fitrah Jasmani akan tumbuh menjadi Kesiapan & Kebahagiaan
dalam dimensi Health Life Menuju peran peradaban Health Maker

Healthy & Physical Skill Developer

Peran ayah berikutnya adalah sang Pembangun Sistem Ego (fitrah individualitas) melalui Self Acceptance & Self Awareness, agar kelak anak mampu hidup dalam sistem sosialnya. Bermain bersama ayah adalah melatih kehidupanbersosial.

Health Nutrition Maker

JIka Peran Ayah dalam membangun kesehatan keluarga lebih kepada pola gerak dan pola tidur, maka peran ibu sesungguhnya lebih kepada penjaga makanan atau gizi yang sehat serta perawat lingkungan yang bersih.

6. Fitrah Seksualitas & Generatif

Setiap anak dilahirkan dengan jenis kelamin lelaki dan perempuan. Bagi manusia, jenis kelamin ini akan berkembang menjadi peran seksualitasnya. Bagi anak perempuan akan menjadi peran keperempuanan dan kebundaan sejati. Bagi anak lelaki menjadi peran kelelakian dan keayahan sejati

Fitrah Seksualitas akan tumbuh menjadi Kesiapan & Kebahagiaan
dalam dimensi Family Life Menuju peran peradaban Regeneration Maker

Masculinity Supplier & Education Responsible

Peran Ayah berikutnya adalah sebagai pensuplai maskulinitas (75%) bagi anak lelaki agar tangguh dan (25%) bagi anak perempuan agar tidak rapuh. Aktifitasnya adalah membangun cinta dan kedekatan dengan kualitas dan kuantitas relasi yang cukup baik. Dalam dimensi maskulinitasnya ini pula, para Ayah menjadi Imam (pemimpin) sekaligus memiliki peran PenanggungJawab Pendidikan di keluarganya. Ia barangkali lebih sering di luar rumah, namun tanggungjawab pendidikan ada penuh di tangannya, dan ini memudahkan istrinya di tataran eksekusi keseharian.

Femininity Supplier & Daily Education Executor

Ibu mensuplai 75% femininitas bagi anak perempuan agar selembut perempuan sejati dan mensuplai 25% femininitas bagi anak lelaki agar dibalik ketangguhan putranya ada emphaty yang memadai.

Ia, para bunda, sesungguhnya pelaksana harian pendidikan yang menurunkan misi besar sang Suami dan membreakdown grand design pendidikan yang dirancang suaminya, menjadi kurikulum harian di rumah.

7. Fitrah Estetika dan Bahasa

Keindahan dan menyukai keindahan serta keharmonian dstnya, apresiasi dan ekspresi atas keindahan muncul dalam seni, kesusasteraan, arsitektur dstnya. Keindahanmemiliki tingkatan dari inderawi, imaji, nazhori (nalar) dan ruhani kemudian bermuara padat Allah SWT. Setiap anak juga diberi kemampuan berbahasa sebagai alat ekspresi keindahan kemudian diaktualisasi oleh bahasa Ibu oleh kedua orangtuanya

Fitrah Estetika & Bahasa tumbuh menjadi Kesiapan & Kebahagiaan dalam dimensi Harmony Life
Menuju peran peradaban Peace Maker

The narrator of Civilization and Great Communicator

Ayah adalah sang narator peradaban. Dialah yang membangun kesantunan bicara, mampu menarasikan misi perjuangan keluarganya, membangun keindahan, keharmonian, kedamaian, dan kesantunan di rumah.

The Harmony & Aesthetic Keeper

Ibu adalah perawat harmoni dan keindahan, ia penumbuh keharmonian dan kedamaian. Bundalah yang merawat keindahan lewat mata, telinga, mulut dan hati (perasaan), melalui berbagai sumber baik tutur bahasa, budaya sastra lewat apresiasi, tampilan yang indah berupa hiasan, tirai, dekorasi dan desain perabot rumah tangga, makanan yang bergizi namun indah, penyediaan anggaran hobby dan travelling, suasana di meja makan dan ruang keluarga dstnya

8. Fitrah Perkembangan

Perkembangan manusia memiliki sunnatullah, ada tahapan, ada masa emas bagi fitrah tertentu. Tidak berlaku kaidah makin cepat makin baik. Secara umum terdiri dari sebelum agilbaligh, yaitu tahapan usia 0-2 tahun, 2-6 tahun (pra latih), 7-10 tahun (pre agil baligh 1), 11-14 tahun (pre agil baligh 2), dan sesudah AqilBaligh yaitu >15 (post ag baligh). AgilBaligh adalah tujuan dan titik pembeda anak dan dewasa.

Fitrah Perkembangan akan tumbuh menjadi Kesiapan & Kebahagiaan
dalam dimensi Growth Life Menuju peran peradaban Growth Maker

Personal Growth and Development Builder

Ayah berperan mengembangkan mindset dan kedewasaan serta ketangguhan. Peran ayah dalam dimensi peran ini adalah “Sang Raja Tega”, atau pembangun ketangguhan di rumah, memberi ruang seluasnya untuk mengambil peran dan tanggungjawab bagi anak dan istrinya.

The Personal Counseling and Therapist

Jika Peran Ayah adalah Sang Raja Tega maka Peran Ibu adalah Sang Pembasuh luka.
Jika Ayah bicara masa depan yang penuh perjuangan dengan segala perubahan serta luka luka yang dialami keluargasepanjang perjalanan, maka ibu bicara persiapan kedewasaan diri dan pembasuhan luka.

Luka sesungguhnya adalah tempat masuknya cahaya, maka keluarga dalam menjalani kehidupannya, jika ingin berkembang mekar tentu akan mengalami luka sebagai sunnatullahNya. Namun kehadiran Ibulah, dengan ketelatenan dan keyakinannya, yang membuat luka itu menjadi cahaya untuk menambah indah dan bijaksana sebuah keluarga.

 

Pelajari selengkapnya di workshop dan buku Fitrah Based Education dan Fitrah Based Life karya Harry Santosa, juga dapat dipelajari melalui Framework FBE. Semoga bermanfaat.

#Fitrahbasededucation #Fitrahbasedlife

Oleh Harry Santosa Allahuyarham.

Fitrah Munazalah atau Kitabullah Dalam tinjauan Peradaban adalah yang memandu semua potensi peradaban, Yaitu:

1. Fitrah dalam diri manusia atau fitrah Gharizah.

2. Fitrah yang melekat pada dimensi tempat atau Alam, yaitu belahan bumi dimana manusia itu ditempatkan.

3. Fitrah yang melekat pada dimensi waktu atau Kehidupan dan Zaman, yaitu umur dimana manusia diletakkan pada sebuah kehidupan.

Pendidkan berbasis fitrah : Mengintegrasikan Fitrah Alam, Fitrah Zaman, Fitrah Kehidupan, dan Fitrah Munazalah

Maka dalam pendidikan peradaban atau pendidikan berbasis fitrah, bukan hanya bicara Fitrah manusia namun juga semua bekal peradaban yaitu Fitrah Alam, Fitrah Zaman dan Kehidupan serta Fitrah Munazalah lalu interaksi dari keempatnya sepanjang proses kehidupannya atau pendidikannya.

Pendidikan yang baik dan benar

Pendidikan yang baik dan benar adalah pendidikan yang sejak hari pertama mampu menginteraksikan keempat fitrah ini sehingga tumbuh paripurna menjadi peran peran peradaban. Maka dalam proses pendidikan tidak ada cerita seseorang mengisi kepalanya banyak banyak dengan pengetahuan lalu setelah penuh baru berinteraksi dengan alam, kehidupan untuk memberi manfaat. Namun interkasi penuh dimulai sejak awal.

Fitrah Munzalah (alQuran dan asSunnah) harus berinteraksi penuh dengan fitrah manusia melalui beragam kegiatan dan peristiwa sehari hari di alam dan di kehidupan nyata sehingga melahirkan pengalaman mendalam, menstrukturkan nalar, membentuk sikap, adab dan pengkondisian kejiwaan dalam menghadapi realita dan kondisi nyata, menguji keimanan dstnya. Sistem Perskolahan Modern yang ditularkan Kolonialisasi membuat kita berfikir bahwa alQuran dan asSunnah dikumpulkan dulu di kepala baru kemudian diinteraksikan pada kehidupan ketika dewasa. Sungguh bukan demikian.

Pendidikan ala Rasulullah SAW: Menghubungkan Wahyu dengan Peristiwa dan Contoh dalam Kehidupan

Lihatlah bagaimana pendidikan ala Rasulullah SAW bagaimana wahyu turun satu demi satu mengiringi sebuah peristiwa atau case tertentu dalam kehidupan sejak hari pertama wahyu turun. Lihatlah bagaimana fitrah para Sahabat tumbuh hebat dalam kesadaran yang kuat.

Baca juga: Community-Based Education CBE with FBE

Wahyu yang turun atas peristiwa adalah sebuah proses pendidikan Robbaniyah yang luarbiasa.

Ini adalah proses tarbiyah yang menumbuhkan fitrah sekaligus proses ta’dib yang menanamkan Kitab dan Hikmah atau adab. Ini memberikan pengalaman hebat yang berkesan, mengkonstruksi pemikiran dan nalar, membentuk pensikapan dan membangun suasana kejiwaan atas sebuah peristiwa untuk kemudian berani melahirkan solusi dalam kehidhpan. Begitulah sejatinya pendidikan alQuran dan asSunnah, bukan sekedar ilmu pengenalan tetapi ilmu pengakuan (Ma’rifah) dan dibuktikan dengan amal nyata atau solusi nyata pada diri dan kehidupan.

Pendidikan Islam

Pendidikan Islam semisal Pesantren di zaman dahulu adalah pusat peradaban dimana Kyai, Santri dan warga bahu membahu berkebun, berladang, berdagang dll membangun peradaban dan mengimplementasikan alQuran dan asSunnah serta Kitab klasik langsung dalam kehidupan sehari hari. Betapa indahnya ketika Ayat Qouliyah bertemu dengan Ayat Kauniah. Fitrah manusia berinteraksi hebat dan manfaat dengan fitrah alam, fitrah kehidupan dan fitrah Munazalah (Kitabullah) sejak hari pertama pendidikan dimulai. Pendidikan Islam bukanlah seperti kuil tempat para pendeta tenggelam dalam semedinya, asik membaca Kitab dan Silat, berdiri megah di tengah desa berupa gedung megah berpagar tinggi terpisah dari jiwa masyarakatnya (fitrah kehidupan), terpisah dari keharmonian alamnya (fitrah alam) bahkan terpisah dari jiwa para santrinya (fitrah manusia).

Kita akan gagal paham bila memandang pendidikan Islam adalah pendidikan yang mengisi kepala penuh penuh dengan pengetahuan Islam lalu terjun ke masyarakat ketika sudah penuh. Pendidkan Islam justru menginteraksikan semua fitrah manusia, fitrah alam, fitrah kehidupan dan fitrah Munazalah sejak hari pertama pendidikan dimulai. Karena pendidikan sejatinya adalah membangun peradaban bukan sekedar mencetak orang pandai dan shalih.

فَاَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّيْنِ حَنِيْفًاۗ فِطْرَتَ اللّٰهِ الَّتِيْ فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَاۗ لَا تَبْدِيْلَ لِخَلْقِ اللّٰهِ ۗذٰلِكَ الدِّيْنُ الْقَيِّمُۙ وَلٰكِنَّ اَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُوْنَۙ

Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Islam); (sesuai) fitrah Allah disebabkan Dia telah menciptakan manusia menurut (fitrah) itu. Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah. (Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. QS. Ar-Rum Ayat 30.

Temukan kebenaran dan cinta sejati di dalam diri Anda dengan merobohkan penghalang yang telah Anda bangun. Bertaubatlah kepada Allah dan sadarlah bahwa semuanya telah dekat dengan jiwamu.

oleh Harry Santosa Allahuyarham

Kematian itu seolah jauh,

namun sesungguhnya ia teramat dekat,

hanya jeda satu tarikan nafasmu atau satu detak jantungmu

Perpisahanmu dengan semua yang kau cintai seolah jauh

namun sesungguhnya ia teramat dekat

bisa terjadi setiap saat, tak ada kendalimu walau sesaat

Allah itu seolah jauh

namun sejak awal hidupmu, Dia sangat dekat

Lebih dekat dari urat lehermu

Fitrah itu seolah jauh

namun sejak Yaumil Mitsaq atau “the day of alastu”

Ia telah ada di dalam dirimu

Syurga dan Neraka itu seolah jauh

namun telah kau rasakan kebahagiaan dan ketenangannya, kepedihan dan deritanya

ketika kau menyadari kehadiran Allah dalam dirimu atau menjauh dariNya

Kebenaran Kitabullah itu seolah jauh

namun sesungguhnya hidayah kebenaran Kitabullah itu dekat dan para Ulama juga dekat

kau rasakan kebenarannya dalam jiwamu dan kau saksikan dengan mata kepala dan mata batinmu

Semua telah Allah dekatkan dengan jiwamu

hanya saja jiwamu liar seperti hewan, merasa jenius dan pintar

padahal jiwamu berpacu tak kemana mana juga bahkan tambah gentar

Bukan berlari menuju syurga dan keridhaanNya

malah seperti keledai yang bergerak dalam penggilingan yang berputar

dari dunia menuju dunia, dari ego menuju ego sehingga semuanya seolah menjauh

Egomu itu musuhmu yang menjauhkanmu,

maka bertaubatlah, kembalilah kepada titik kesadaran

bahwa Allah telah mendekatkan semuanya karena kasih sayangNya

Semua yang seolah ada di luar dirimu itu sesungguhnya telah ada di dalam jiwamu

Sebagaimana seorang Ulama menulis dalam syairnya

Tak perlulah kau mencari cinta di luar sana

Cinta sejati itu telah lama bersemayam di dalam jiwamu

kamu hanya perlu merobohkan semua penghalang yang telah kau bangun selama ini

yang menghalangimu dari memperoleh cinta sejatimu

Oleh Ust. Harry Santosa (Allahuyarham)

Manusia dilahirkan secara alami dalam keadaan fitrah (disposition of nature). Dalam definisi lain, fitrah disebut innate goodness (bawaan baik) dan orangtua tidak boleh merubahnya, baik sengaja karena obsesi, maupun tidak sengaja karena lalai.

Diantara bawaan baik (innate goodness) Fitrah itu adalah bawaan berupa Tauhid atau Islam sejak dilahirkan. Sejak lahir manusia sudah bertauhid atau berIslam sebagaimana QS Al-Araf (7):172.

Maka orangtua sekali lagi dilarang menyimpangkannya. Ini juga bermakna bahwa mendidik anak menjadi shalih (Islam atau bertauhid) seharusnya lebih mudah daripada mendidik anak menjadi tidak shalih (selain islam atau tidak bertauhid).

Mendidik berbasis fitrah secara otomatis adalah mendidik anak berbasis kepada Aqidah Islam atau Tauhid. Banyak ulama mendefinisikan fitrah sebagai Islam atau berTauhid atau juga kesiapan untuk menerima Dienul Islam.

Prof. Justin Barret dalam bukunya “Baby born Believer” menyatakan bahwa jika ada anak sejak lahir ditempatkan dalam sebuah pulau, tanpa intervensi apapun dari orangtua maupun lingkungan, maka dipastikan menjadi orang yang beriman (percaya kepada Tuhan).

وَاِذْ اَخَذَ رَبُّكَ مِنْۢ بَنِيْٓ اٰدَمَ مِنْ ظُهُوْرِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَاَشْهَدَهُمْ عَلٰٓى اَنْفُسِهِمْۚ اَلَسْتُ بِرَبِّكُمْۗ قَالُوْا بَلٰىۛ شَهِدْنَا ۛاَنْ تَقُوْلُوْا يَوْمَ الْقِيٰمَةِ اِنَّا كُنَّا عَنْ هٰذَا غٰفِلِيْنَۙ

Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan dari sulbi (tulang belakang) anak cucu Adam keturunan mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap ruh mereka (seraya berfirman), “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab, “Betul (Engkau Tuhan kami), kami bersaksi.” (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari Kiamat kamu tidak mengatakan, “Sesungguhnya ketika itu kami lengah terhadap ini.”

QS Al-Araf (7):172.

Fitrah, sebagaimana yang ditulis oleh Prof Dr Muhammad Yasien, adalah the Islamic concept of human nature. Kata fitrah maupun istilah yang serupa belum pernah dikenal oleh agama sebelumnya.

Penyebab rusaknya agama agama sebelum Islam adalah menganggap ada sifat Tuhan dalam diri manusia atau menitisnya Tuhan dalam diri manusia (manunggaling kawulo gusti). Begitupula penyebab rusaknya sistem pendidikan modern adalah menolak adanya fitrah dalam diri manusia, dan menganggap manusia kertas kosong (blank slate). Di era post modernisme, konsep “blank slate” sudah ditolak dan digantikan dengan “otak atik otak” dan diversifikasi kecerdasan, namun esensinya masih menolak fitrah atau jiwa manusia. Penolakan bahwa manusia memiliki jiwa, menyebabkan rancangan konsep dan praktek pendidikan tidak pernah menyentuh jiwa manusia, maka lahirlah orang orang cerdas yang tak punya jiwa, mereka bergerak mekanistik dan robotik tanpa ruh.

Hari ini dunia menyesali sistem pendidikan mereka selama ini hanya melahirkan “human thinking” dan “human doing” bukan “human being”. Riset selama 15 tahun terhadap 19 orang alumni terbaik angkatan 90an di Harvard membuktikan bahwa manusia cerdas tanpa jiwa ini hanya menyengsarakan manusia termasuk dirinya sendiri dan alam semesta. Ini sesungguhnya tragedi kemanusiaan ketika manusia menjadi penyebab krisis alam dan krisis kehidupan. Human Being atau manusia seutuhnya (insan kamil) hanya bisa dilahirkan melalui pendidikan yang berangkat dari Human Nature. Penolakan atas adanya human nature (fitrah) jelas memunculkan pendidikan yang tidak melahirkan manusia seutuhnya (insan kamil atau human being atau perfect man). Maka pendidikan manusia harus berbasis kepada fitrah manusia itu sendiri untuk dididik, sejak dirawat sampai ditumbuhkan dan dikokohkan sehingga menjadi manusia seutuhnya.

Di dalam alQuran, kata “fitrah” dalam bentuk “fi’lah” hanya disebut satu kali di QS arRum (30):30, padahal fitrah ini sangat penting apabila dikaitkan dengan fungsi dan misi penciptaan manusia. Ini sekaligus membuktikan bahwa pembahasan fitrah merupakan bahasan yang “urgent & important”.

Manusia diciptakan bukan kebetulan, namun dengan maksud penciptaan (the purpose of life), yaitu untuk Beribadah kepada Allah semata dan untuk menjadi Khalifah Allah di muka bumi. Maksud penciptaan adalah alasan Allah menghadirkan manusia, namun manusia tentu diciptakan dengan tugas masing masing yang berbeda satu sama lain. Tugas inilah yang disebut the mission of life, yaitu peran spesifik manusia selama di dunia. Inilah panggilan hidup manusia yang harus dijalaninya dengan ikhlash dan jujur. Darimana kita mengetahui tugas spesifik atau peran spesifik yang merupakan panggilan hidup kita? Jangan khawatir, semua tugas itu secara konsepsi dan potensi telah diinstal dalam diri kita, itulah yang disebut Fitrah.

Fitrah dalam makna lain disebut “alIbtida” yaitu ciptaan unik yang belum pernah dibuat sebelumnya. Keunikan inilah sesungguhnya yang diinstal dan harus dididik agar kelak menjadi peran unik dalam peradaban. Pendidikan yang tidak berangkat dari fitrah manusia dalam makna ini akan gagal melahirkan generasi yang memiliki peran spesifik terbaik dalam peradaban. Prof Sir Ken Robinson mengatakan bahwa hanya 2 dari 10 orang di dunia yang jujur pada peran yang sesuai panggilan hidupnya. Ini menyebabkan banyak orang bekerja tidak bahagia dan tidak berkinerja baik. Depresi, bunuh diri, narkoba, LGBT dll juga disebabkan karena kegalauan manusia yang tidak dididik untuk mencapai peran peradaban sesuai fitrahnya. Jika seseorang gagal dididik untuk menemukan peran spesifiknya maka tidak akan memenuhi maksud penciptaannya di muka bumi sebagai Hamba Allah dan Khalifah Allah. Maka penting bagi pendidikan untuk berangkat dari fitrah manusia

Seorang muslimah dengan wajah keibuan, berpenampilan menarik, berpendidikan tinggi, nampak wajahnya sangat sumringah, betapa tidak? Ia dilamar seorang calon dokter dari keluarga baik baik walau hanya keluarga biasa.

Harapan muslimah ini membuncah, hatinya berbunga bunga, sebagaimana wanita normal lainnya, ia ingin menyambut fitrah keperempuanannya untuk menjadi ibu dan istri yg terbaik di dunia. Ia membayangkan menjalani pernikahannya dengan bahagia, menumbuhkan fitrah diri dan fitrah anak anaknya.

Proses pernikahannya berjalan Islami, tanpa pacaran, dan sang suami sudah “lolos seleksi” dari wali yang ditunjuk muslimah ini. Semua jawaban2 calon suaminya atas pertanyaan2 dari walinya, nampak meyakinkan. Calon suaminya mengatakan bahwa ia memilihnya karena saran ibunya untuk menikah baik baik dengan wanita baik baik.

Terjadilah pernikahan mereka. Bulan bulan awal sebagaimana pasangan pengantin baru, sangat indah, diliputi kemesraan. Lalu sang suami harus LDM (long distance marriage) karena menyelesaikan internshipnya sebagai calon dokter.

Cerita di atas terjadi beberapa belas bulan yang lalu. Kini muslimah itu ditalak suaminya, tanpa ada kesalahan apapun, tentu dengan alasan mengada ada. Suaminya mengatakan dirinya sudah tak bergairah lagi dengan istrinya di ranjang dsbnya.

Kehangatan pernikahan mereka diketahui hanya berjalan beberapa bulan saja, ketika suaminya kembali ke kota tempat menjalankan internship, sang suami baru ketahuan bertemu kembali dengan mantan kekasihnya yg juga calon dokter.

Ternyata diduga “nyambung kembali”, dan muslimah ini menemukan bukti bukti yang meyakinkan di sosmed, terlebih nampak ketika setiap pulang dari luar kota sang suami semakin hambar. Kecurigaannya benar, dan kini tiba tiba ia ditalak.

Hatinya sakit luarbiasa, ingin rasanya ia mendoakan keburukan pada suaminya itu. Dia tak tahu kesalahannya apa, ia mencoba menyerahkan segala harapannya, namun hanya dicampakkan begitu saja. Bagai mimpi buruk ia harus jadi janda di usia muda.

______

Di awal proses pernikahan mereka ternyata ada yang tak diungkap oleh keluarga suaminya. Bahwa suaminya ternyata pernah dilarang menikah dengan mantannya karena ayah ibunya melihat calonnya itu bukan wanita yang baik. Anaknya kemudian menurut untuk tak menikahi mantannya, dan menurut untuk dipilhkan jodoh oleh orangtuanya. Lalu terjadilah pernikahan di atas.

Dalam banyak kasus, seorang anak bisa nampak “jaim” di depan orangtuanya, namun berkhianat di belakang. Menelusuri keluarga suaminya ini, ia memiliki orangtua, walau keluarga biasa, nampak berusaha menjadikan anak-anaknya hebat. Semua anak anaknya diupayakan menjadi dokter.

Memang benar anak anaknya berhasil menjadi dokter, namun tidak berkembang menjadi pribadi yang utuh. Satu sisi menerima perintah orangtua namun di sisi lain berkhianat.

Setelah diusut, ternyata yg menafkahi Muslimah ini setelah menikah adalah keluarga suaminya. Seolah barter, kurang lebih “saya terima tawaran ortu utk menikah, tapi bayarin ya”. Ini ciri khas pola pengasuhan obsesi, anak memanfaatkan ortu karena bagi ortu yg penting anak menurut maunya tanpa peduli diri anak.

Setelah diusut, ternyata skripsi sarjana kedokteran suaminya juga bukan buatan sendiri, tetapi dibuatkan orang lain. Ini semakin menguatkan dugaan, bahwa menjadi dokter bukanlah pilihan anaknya tetapi obsesi orangtuanya.

Jadi nampak, anak anak yg dicetak sesuai obsesi orangtuanya, berdampak pada kehidupannya yang penuh kepalsuan dan jelas pengkhianatan, baik dalam pernikahan maupun karir dan pekerjaan. Buat apa menikahi seorang perempun baik lalu dicampakkan. Buat apa menjadi dokter jika skripsi dibuatkan.

Anak anak seperti ini sesungguhnya telah menghancurkan dan membinasakan dirinya sejak awal, ia hidup dalam kepalsuan dan kemunafikan, ada lubang besar dalam jiwanya yg menghalanginya untuk menjadi dirinya dan mengenal Tuhannya.

Korbannya tentu saja bukan hanya dirinya dan masa depannya, namun juga masa depan orang lain, yaitu Muslimah ini dan kelak akan lebih banyak korbannya.

Dan banyak orangtua yg berobsesi anaknya berstatus shalih ini, ketika anaknya bermasalah atau merugikan orang lain, mereka lalu “membela” atau “pasang badan” mengorbankan dirinya agar anaknya terus nampak shalih.

_______

Wahai AyahBunda, menginginkan anak shalih adalah idaman kita semua. Walau menjadi orangtua juga diberi otoritas (amanah) untuk mendidik, namun otoritas orangtua harus tetap dalam koridor fitrahnya, jika tidak maka namanya otoriter.

Jangan sampai karena tergesa ingin anak nampak sholeh maka justru kita gerus fitrahnya, kita cetak semaunya. Banyak orangtua hanya menginginkan anak anak harus nampak berstatus shalih di hadapan mereka setiap saat, padahal shalih itu bukan status, tetapi amal yang dijalankan dengan ghairah dan antusias, penuh kecintaan dstnya yang berangkat dari dalam jiwanya, apa adanya bukan pencitraan.

Di masa awal pertumbuhan, tentu saja ananda harus diberi ruang seluasnya untuk menjadi dirinya sesuai fitrahnya. Tentu dalam proses itu akan nampak hal hal yang mungkin menjengkelkan, memerlukan keshabaran dstnya. Syukuri saja, terus beri ruang, penerimaan dan kepercayaan

Biarlah fitrah ananda berproses, biarlah mereka, anak anak kita menjadi dirinya apa adanya sesuai tahapan perkembangan fitrah maupun keunikan fitrahnya, terima dengan penuh syukur. Bersamai, rawat dan tumbuhkan dengan menyalurkan potensi fitrahnya agar menjadi aktifitas produktif sesuai fitrahnya itu sehingga kemudian menjadi peran yang beradab dan bermanfaat, baik dalam kehidupan karir maupun kehidupan keluarga termasuk kehidupan spiritual dan sosialnya dstnya.

Dengan demikian, anak anak kita tidak jaim di depan manusia, jaim di depan orangtua , namun berkhianat di belakang orangtuanya dan juga pada Tuhannya. Apa yg lebih menyakitkan daripada melihat anak nampak berstatus shalih di hadapan kita namun tidak melakukan amal shaluh di belakang kita.

Dan apa yang lebih menyedihkan daripada melihat anak yg nampak sholeh itu kemudian menyusahkan orang lain bukan menshalihkan orang lain. Tumbuh menjadi beban peradaban.

_______

#fitrahbasedlife

#fitrahbasededucation

Bisnis Langit Anti Bangkrut merupakan suatu konsep yang mengkaitkan bisnis dengan langit dari segi filosofis dan hakekat. Konsep ini menawarkan jalan keluar bagi bisnis yang ingin memenuhi syarat syariah tanpa terpengaruh oleh kapitalisme dan materialisme yang merusak. Temukan misi hidup melalui prinsip-prinsip Fitrah Based Education dan Fitrah Based Life.

Oleh Harry Santosa

Seringkali orang menyangka antara Bisnis dan Langit adalah dua hal yang berlawanan. Bagaimana bisa bisnis yang nampak penuh “permainan dan obsesi keuntungan dengan segala cara” itu bisa terkait dengan “urusan langit”.

Di alam fikiran kapitalistik dan materialistik sekuler, amat susah memandang langit dan dunia sebagai sebuah kesatuan. Teman saya seorang bisnismen muslim, dengan berseloroh mengatakan, “kantong kanan Islamis, kantong kiri kapitalis”. Nah!

Tak bisa dipungkiri, kebingungan atau ambiguitas ini melanda banyak bisnis, misalnya lembaga Zakat yang nampak sangat Islami dalam hal memenuhi kewajiban sebagai Amil Zakat, namun pendekatan bisnisnya lebih kepada membangun Konglomerasi Lembaga Zakat tanpa misi langit yang kokoh.

Bahkan sampai kepada Lembaga Pendidikan Islampun, walau memakai label Islam, namun sulit kita menolak realita bahwa kebanyakan pendekatannya sangat industrialistik dan kapitalistik serta materialistik misalnya fokus pada memperbanyak siswa, memperluas lahan dan bangunan bukan mempertajam misi perjuangannya sebagai bentuk jihadnya dsbnya,

Biasanya orang kemudian mengkaitkan “bisnis dan langit” dalam perspektif syariah atau muamalah semata, misalnya bagaimana bisnis yang memenuhi syarat syariat baik akad transaksinya, bahan baku maupun produk yang halal dan thoyyib, peniadaan unsur riba dan ghoror dsbnya.

Ini benar, namun dalam bahasan “bisnis langit” yang nanti kita akan bongkar, itu semua di atas hanya sebagian saja terkait pemenuhan syarat syariat dalam manajemen dan teknis.

Kita perlu melihat bisnis langit ini sebagai suatu yang komprehensif dan menyeluruh serta tidak terpisahkan antara urusan dunia dengan langit agar syariat tidak sekedar menjadi alat justifikasi bisnis Islami semata, sementara jiwa atau mental dan perilakunya tetap kapitalistik, materialistik, serakah, loba, yang pastinya akan menzhalimi jiwanya maupun alam, sebagaimana industri yang memberi label halal namun tidak ada kaitannya dengan urusan langit, sehingga malah merusak manusia dan alam.

Apabila bisnis yang dijalani telah memenuhi syarat syarat syariatnya apakah bisa disebut bisnis langit? Mari perlahan kita membedahnya dari hakekatnya atau filosofisnya dan kemudian kita akan bahas “bridging” nya atau jembatannya antara bisnis di dunia dengan langit, agar syariah bukan cuma label dan justifikasi semata tanpa ada impact bagi jiwa dan semesta.

Secara hakekat atau filosofis, istilah bisnis langit ini merupakan istilah yang Allah ungkapkan dan tawarkan.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا هَلْ أَدُلُّكُمْ عَلَى تِجَارَةٍ تُنْجِيكُمْ مِنْ عَذَابٍ أَلِيمٍ

“Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan suatu bisnis atau perniagaan (Tijaroh) yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih? (QS. Al-Shaff: 10)

Ternyata Allah memang menawarkan sebuah bisnis langit dan memaparkan karakteristik bisnis langit yang memang sesungguhnya tidak boleh terpisah dengan urusan dunia namun benar benar terkait dan terdampak dengan urusan langit dan itu secara nyata dan real dijanjikan akan mampu menyelamatkan akhirat kita dari azab yang pedih.

Begitupula transaksinya jelas bukan fiktif, sangat jelas dan jernih yaitu

“kamu BERIMAN kepada Allah dan Rasul-Nya dan berJIHAD di jalan Allah dengan HARTA dan JIWAmu, Itulah yang lebih baik bagi kamu jika kamu mengetahuinya….”

dan balasannya

“… niscaya Allah akan MENGAMPUNI dosa-dosamu dan memasukkan kamu ke dalam SURGA yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, dan (memasukkan kamu) ke tempat tinggal yang baik di dalam surga Adn. Itulah KEBERUNTUNGAN yang BESAR.” (QS. Al-Shaff: 10-12)

Pada ayat lain disebut senada yaitu

“Sesungguhnya Allah membeli dari orang-orang MUKMIN, baik JIWA maupun HARTA mereka, dengan memberikan SURGA untuk mereka” (QS. At Taubah: 111).

Perhatikan syarat transaksinya adalah harus derajat MUKMIN, yaitu beriman kepada Allah, beriman kepada Rasulullah dan pembuktian keimanan dalam bentuk JIHAD di jalan Allah. Jihad di jalan Allah tentunya tidak selalu dalam bidang militer, justru ada beragam bidang seperti jihad dalam bidang pendidikan, bidang ekonomi, bidang pelestarian alam, bidang pertanian dstnya.

Sementara, produk yang dibeli Allah dari Mukmin itu, dalam ayat di atas, adalah JIWA dan HARTA. Bayarannya adalah Pengampunan dan bonusnya Syurga atau Kehidupan yang Abadi. Allah menyebutnya, keuntungan yang besar, the biggest profit untuk diri kita sendiri.

Sampai disini kita bisa paham bahwa BISNIS LANGIT yang Allah tawarkan adalah JIHAD pada sebuah bidang perjuangan dengan mengerahkan JIWA dan HARTA.

Kembali ke bisnis yang kita pahami dan jalani saat ini sebagai usaha untuk mendapatkan keuntungan, mungkinkah kita padukan dan jalankan sebagaimana Bisnis Langit yang Allah tawarkan? Lalu bagaimana menyambungkannya?

Perhatikan baik baik, bahwa kuncinya adalah Iman dan Jihad. Iman terbaik adalah sebagaimana sebuah hadits tentang mengubah kemungkaran adalah “melakukan perubahan dengan tangan (kemampuan berusaha terbaik)”.

Wujudnya adalah adanya Misi Perjuangan dalam suatu bidang misalnya pendidikan, ekonomi, politik, kelestarian, energi, pangan dstnya. Lalu ada totalitas jiwa dan harta untuk memperjuangkannya sampai akhir.

Jadi Bisnis Langit itu bukan utopia atau sesuatu yang tak berwujud atau suatu hal yang terpisah dengan dunia, atau agama cuma sebagai penempelan (casing) pada bisnis yang kapitalistik, tetapi Bisnis Langit secara sederhana adalah Bisnis Dunia yang dikelola dengan IHSAN dalam rangka jihad di jalan Allah dalam suatu bidang kehidupan yang diperjuangkan secara totalitas dengan segenap jiwa dan harta untuk melakukan perubahan sehingga jiwa kita ridha dan Allah ridha dan memberi pengampunan dan syurga.

Dengan paparan di atas, apabila anda ingin memiliki Bisnis Langit, dengan keuntungan yang besar anti bangkrut di dunia dan di akhirat, mengundang limpahan keberkahan maka mari pertanyakan,

1. Apakah keimanan anda sudah berwujud pada Misi Hidup berupa Misi Perjuangan (Jihad) di jalan Allah pada suatu bidang perjuangan yang akan anda perjuangkan sampai akhir hidup anda?

Misalnya menolong dan memberdayakan anak yatim, melestarikan hutan dan sungai, memakmurkan masjid, menyelamatkan dan memandirikan pemuda, memberantas korupsi, memperbaiki pemerintahan, menebarkan makanan halal dan thayyieb, membantu keluarga agar berdaulat, meluruskan pemikiran Islam, membangun energi terbarukan di desa, mengembangkan pendidikan permaculture dstnya

2. Lalu coba tengok bisnis anda, tanyakan apakah bisnis anda hari ini adalah merupakan bagian dari misi perjuangan tersebut di atas untuk mendeliver solusi terbaik secara professional (IHSAN) dengan mengerahkan segenap jiwa dan harta yang dimiliki? Atau sebaliknya, bahwa bisnis anda tidak ada hubungan sama sekali dengan misi hidup di atas walau sudah sesuai syariat dan keuntungannya dizakatkan dan diinfaqkan? Atau jika anda belum memiliki misi hidup, apakah bisnis anda hari ini terkait dengan nilai nilai yang luhur yang anda ingin perjuangkan di jalan Allah?

Semoga dengan dua pertanyaan di atas, kini kita bisa mulai merenung dan berusaha memperoleh Bisnis Langit kita, yang tak memisahkan bisnis di dunia dan bisnis kita dengan Allah SWT dengan jembatannya adalah misi perjuangan atau jihad di jalan Allah untuk melakukan perubahan atau menyeru kebenaran pada suatu bidang sehingga Allah ridha.

Jika kita berhasil membuat Bisnis kita sebagai Bisnis Langit kita, sebagai upaya dan usaha mendeliver solusi secara professional (Ihsan) dengan segenap jiwa dan harta, maka inilah jalan taqwa kita, sehingga Allah akan curahkan keberkahan dari langit dan bumi, serta limpahkan keuntungan yang besar berupa Ampunan dan SyurgaNya. Allahumma aamiiin

#fitrahbasedlife

#fitrahbasedbusiness

Oleh Ust. Harry Santosa Allahuyarham

Banyak orang ingin berbisnis dengan berbagai alasan, namun seringkali orientasinya tidak “fitri” sehingga alih alih semakin berbahagia dalam makna kehidupan yang tenang dan damai, malah justru kehilangan kebahagiaan dan tidak beradab pada dirinya, keluarganya, lingkungannya bahkan tanpa sadar juga agamanya.

Berapa banyak pasangan yang sejak awal menikah meniti bisnis namun ketika semua tercapai malah merasakan kehidupan yang hampa dan kemudian berpisah. Berapa banyak para orangtua yang resign dari pekerjaan sebagai karyawan untuk berbisnis agar waktu dengan anak istri lebih fleksibel, malah kemudian kehilangan kedekatan karena lebih sibuk dari sebelumnya.

Untuk teman teman yang baru memulai bisnis, atau sudah menrjalaninya, berikut 8 Aspek atau Dimensi Fitrah yang dapat dijadikan panduan sederhana agar bisnis kita semakin menambah kebahagiaan hakiki bukan menjauh dari kebahagiaan hakiki.

1. Dimensi Spirituality (Fitrah Keimanan)

Dimensi ini adalah dimensi paling utama yang mendasari dimensi lainnya. Dimensi ini memastikan bahwa orientasi bisnis kita adalah orientasi langit, awali dengan berangkat dari keinginan menolong agama Allah dalam suatu bidang kehidupan tertentu dengan memberi manfaat sebesar besarnya bagi ummat dan semesta.

Bisnis bukan inti hidup, bisnis sesungguuhnya hanyalah upaya professional agar bisa mendeliver solusi bagi ummat secara ihsan dalam menjalankan misi hidup.

Pastikan bisnis kita adalah dalam rangka on Mission. Misi atau mission of life adalah panggilan langit, yaitu sesuatu yang menggebu gebu ingin dilakukan untuk menyeru kebenaran dan kebaikan atau membuat perubahan yang Allah ridhai atau menolong Ummat dalam suatu bidang, misalnya sosial, pendidikan, sosial, kemanusiaan, kelestarian, perkebunan, ekonomi, kebudayaan, dstnya.

Dengan orientasi seperti ini maka munculah keyakinan dan ketenangan dalam jiwa. Ini karena orientasinya bukan obsesi atau personal success driven, namun purpose/mission driven, tentang kebahagiaan akhirat, dalam rangka menuju Allah, untuk membuat Allah ridha.

Keyakinan dan ketenangan jiwa inilah yang dibutuhkan oleh pebisnis manapun. Keyakinan dan ketenangan jiwa akan mendorong keberanian (syajaah), keadilan (‘adalah), kebijaksanaan (hikmah), ketidakrakusan (‘iffah) dstnya.

Hindari orientasi dunia, karena akan membuat capaian dunia menjadi obsesi. Tentu bisnis ada perhitungan loss n profit agar ihsan namun bukan tujuan.

Obsesi dunia itu awal kehancuran. Bisnis seperti ini akan cepat meletihkan dan melelahkan, tergoda untuk berkompetisi ala kapitalis seperti melejitkan omset, menguasai market dengan segala cara, bahkan tergoda untuk menggunakan riba, menjual harga diri, menggunting dalam lipatan dengan saudara dstnya.

Karena orientasinya langit maka harus juga berangkat dari cara pandang Islam yang benar (Islamic Worldview) sehingga menjadi beradab dan peradaban yang menebar rahmat bagi semesta dan membawa kabar gembira (best solution) serta peringatan.

Dimensi ini menjadi titik utama dan pokok dari semua dimensi lainnya.

2. Dimensi Productivity (Fitrah Bakat)

Productivity dalam perspektif Islam bukanlah kesibukan atau gila kerja dengan orientasi result, namun sesuatu yang sejalan dengan misi dan membetikan impact besar dengan solusi yang diberikan untuk ummat.

Jadi pastikan bahwa bisnis yang kita pilih bukan ikut ikutan trend, tetapi sesuai dengan kompetensi sesuai bakat kita agar melakukannya dengan bergairah dan produktif. Mereka yang berbisnis sesuai bakatnya, maka menjamin produktifitas dan solusi unik bagi masyarakat. Solusi unik bermakna bahwa bisnis kita sebaiknya memiliki own product dengan meminimalkan supplier. Unique Solution dan Owned Product menjamin sustainability business.

Namun ingat sekali lagi bahwa solusi unik yang kita buat adalah untuk Ummat, untuk di jalan Allah, bukan kpentingan ego, obsesi ingin kaya dstnya. Fokus saja pada solusi terbaik, maka keberkahan termasuk rezqi akan dicurahkan.

Agar produktif, maka soluso yang dibuat sebaiknya sesuai bakat. Makin sesuai bakat, makin unik dan produktif juga solutif. Kemudian makin unik dan makin produktif jelas akan makin banyak manfaat dan makin banyak dicari orang, lalu keuntungan finansial yang besar hanyalah efek dari manfaat unik yang besar. Kita belajar dari para pengusaha sukses yang konsisten dengan solusi produknya yang unik sejak awal, seperti Apple, Google dstnya.

Setiap orang Alah mudahkan dengan apa yang menjadi bakatnya, dan bakat adalah solusi bisnis bagi mendukung misi hidup, jadi bukan misi hidup itu sendiri.

3. Dimensi Innovation (Fitrah Belajar dan Bernalar)

Spirituality dan Productivity belum cukup untuk bisnis yang senantiasa berkembang, satu hal yang membuat bisnis selalu berkembang adalah kebutuhan manusia untuk selalu inovasi dengan menciptakan tradisi inovasi tiada henti.

Perusahaan besar dan sustain, selalu memastikan adanya budaya belajar dan budaya inovasi di perusahaannya, kemampuan melakukan knowledge management, wisdom management dan ujungnya innovation managament menjadi suatu keharusan. Anggaran bisnis misalnya dipatok paling rendah 10% untuk selalu inovasi melalui riset, magang, penyediaan technology untuk eCollaboration dan eLearning dll.

Namun hati hati bahwa inovasi bukan sekedar kreatifitas tanpa batas, namun tetap dalam kerangka On Mission dan for the best Solution.

4. Dimensi Community based or Customer based (Fitrah Individualitas dan Sosialitas)

Satu hal yang sering diutarakan banyak pakar bisnis adalah menyiapkan customer based yang memang membutuhkan jasa maupun produk kita. Di dunia socmed, harus rajin membagikan solusi gratis kepada masyarakat agar terbangun segmen customer “fanatis” yang merasakan manfaat besar dari produk maupun jasa kita.

Itu pula banyak yang menganjurkan bahwa Bisnis juga harus “ngobrol” dengan kearifan dan realitas sosial yang ada. Maka penting untuk menggali fitrah lokalitas dan pemetaan fitrah realitas masyarakat.

Ingat bahwa orientasinya bukan untung, tetapi akhirat, dengan menebar banyak solusi manfaat yang inovatif bagi ummat. Jangan khawatir dengan rezqi, apabila jasa atau produk kita unik, inovatif, punya manfaat besar sesuai kebutuhan masyarakat maka rezqi pasti datang.

5. Dimensi Family based (Fitrah Seksualitas atau Fitrah KeayahBundaan)

Nah, apapun bisnis anda, sehebat apapun itu, maka indikator bahwa bisnis anda di jalan yang benar adalah semakin hangat dan dekat dengan keluarga, semakin mesra dan cinta pada pasangan. Jika bisnis anda membawa anda lebih sering marah, stress, jauh dari anak dan pasangan, maka dipastikan bisnis anda salah jalan.

Lebih jauh, seharusnya anak dan pasangan adalah bagian penting yang perlu dilibatkan dalam bisnis. Ingat bahwa bisnis anda bukan bisnis personal, tetapi bisnis keluarga yang harus menjadi legacy yang diwariskan kepada anak dan cucu, sehingga wisdom dan manfaat serta pahalanya berkelanjutan dan semakin besar turun temurun.

Family based ini juga bermakna membangun sistem kekeluargaan dalam bisnis anda, baik kepada orang orang yang berada pada lini terdalam, maupun mereka yang berminat mendapatkan manfaat dari solusi bisnis anda.

6. Dimensi Peacefull & Wonderful (Fitrah Estetika dan Bahasa)

Ini sering dilupakan, bahwa bisnis yang anda jalani harus ramah manusia dan ramah alam, juga ramah kearifan lokal sehingga membuat dunia semakin indah dan alam semakin lestari. Bisnis harus membuat dunia lebih damai dan lebih indah namun bukan pencitraan tetapi kesejatian. Orang orang modern menyebutnya “green n peace business”.

Narasi, story telling, legend, design yang indah yang sejati dstnya harus melekat pada jasa dan produk anda sehingga menciptakan kesan mendalam, namun ingat ini bukan pencitraan tetapi pemaknaan. Semakin bagus dan relevan konsep jasa dan produk bisnis anda dengan fitrah, maka akan semakin berkesan di jiwa.

7. Dimensi Personal & Environment Health (Fitrah Jasmani)

Sebagai pendukung penting adalah bahwa kesehatan pribadi maupun lingkungan harus terawat baik agar bisnis tidak terganggu isue kesehatan asasi manusia dalam pola gerak, pola makan, pola tidur, pola bersih dan tidak merusak lingkungan.

Bisnispun harus tidak merusak environment ataumengusung unsur islamic ethic (fitrah dan adab) dalam ecology. Misalnya halal dan thayyieb bukan sekedar disembelih dengan menyebut nama Allah, tetapi prosesnya harus sesuai dengan fitrah alam, bagaimana hewan bahagia sesuai hak nya sebagai hewan untuk bergerak di alam secara bebas dstnya.

8. Dimensi Sustainability & Growth (Fitrah Perkembangan)

Secara alamiah, ibarat sebuah pohon, maka ketika benih dan orientasinya benar, maka diperlukan upaya terus menerus dan berkelanjutan untuk mengembangkan semua aspek di atas agar tumbuh paripurna menjadi pohon bisnis yang akarnya menghunjam ke tanah, batangnya kokoh menjulang ke langit, cabang dan daunnya rimbun meneduhkan siapapun, serta bunga dan buahnya banyak dan memberi manfaat besar.

Business is not for business, but business is a part of solution of your mission to Allah. Bisnis adalah bagian dari jalan menuju Allah, untuk menyeru kebenaran dan melakukan perubahan yang Allah ridhai.

Kadang panggilan langit datang ketika kita tidak siap, begitulah cara Allah membuat kita siap. Maka selalu siap untuk menerima milestone atau lompatan yang besar dalam menyeru kebenaran atau menolong agama Allah atau melakukan perubahan yang Allah ridhai.

Semoga bermanfaat untuk mereka yang baru meniti bisnis atau sedang menjalani bisnis agar tidak misorientasi dan disorientasi dalam bisnis yang menyebabkan berantakan semuanya dan kehilangan kebahagiaan hakiki

#fitrahbasedbusiness

#fitrahbasedlife

#fitrahbasededucation

#fitrahworldmovement

Dengan mengikuti prinsip fitrah, sebuah keluarga dapat mengelola otoritas dan otonomi dengan sehat. Benturan otoritas dapat menyebabkan gangguan kejiwaan dan hubungan yang buruk di dalam keluarga. Salah satu cara untuk menghindari benturan otoritas adalah dengan membuat keluarga mandiri dan menetap di tempat tinggal yang terpisah dari orangtua. Namun, penting untuk tetap merawat dan membaktikan diri pada orangtua sesuai dengan kewajiban. Seorang suami merupakan anak ibunya, namun juga seorang imam dan qowam yang harus memiliki otonomi dalam mengelola keluarganya sendiri. Walau meniru nama perumahan elite di jakarta, yaitu pondok indah, namun pondok mertua indah bagi yang pernah mengalaminya, umumnya tak seindah namanya walau mungkin secara fasilitas sangat nyaman sekalipun.

Penulis: Harry santosa

Pondok Mertua indah, mengapa demikian? Diantara fitrah keluarga adalah adanya otoritas tunggal, karena sebuah keluarga merupakan satuan terkecil yang memiliki imam dan makmum yang apabila berbenturan dalam otoritas maka pasti melanggar fitrah keluarga, dan tentu saja ada jiwa yang tercederai.

Efeknya tentu tidak main main, bisa kepada gangguan kejiwaan pasangan bahkan ke anak, wujudnya tentu saja akhlak yang jadi nampak buruk, pertengkaran bahkan perceraian.

Oleh karena itu, banyak sudah yang menganjurkan agar sebuah keluarga sebaiknya mandiri berdiri sendiri sehingga tak terjadi benturan otoritas baik dalam mendidik anak maupun nilai nilai atau misi keluarga yang akan dijalankan.

Tinggal berpisah dengan orangtua adalah langkah terbaik untuk melatih kemandirian dan merasakan perjuangan bersama. Walau memulai dengan yang sederhana, mengontrak misalnya, itu jauh lebih baik daripada terjadi benturan otoritas setiap hari yang menyebabkan pertengkaran dan hubungan yang buruk.

Tentu hal ini jangan dibenturkan dengan tidak berbakti pada orangtua. Merawat dan berbakti pada orangtua adalah kewajiban, namun otoritas dan otonomi dalam rumahtangga juga keharusan. Apabila tinggal bersama orangtua dan bisa memahami dan menyepakati batasan otoritas dan otonomi masing masing tentu saja sangat baik, walau kenyataannya sulit.

Di masa lalu, walau konsep Join Family atau Collective Family, dimana banyak keluarga berkumpul dalam rumah besar atau kompleks perumahan bersama, namun ada batasan otoritas dan otonomi berjenjang sehingga tak terjadi overlaping atau benturan otoritas dan pelanggaran otonomi.

Umumnya yang ditahan untuk tinggal bersama orangtua adalah anak pertama dan mantu pertama, karena kasihan dianggap belum mampu mandiri, sehingga perlu terus disubsidi. Ini sebenarnya menghambat kedewasaan dan kemandirian pernikahan atau rumahtangga anaknya.

Perlu kelapangan hati orangtua untuk tidak egois mempertahankan anaknya. Perlu keberanian anaknya untuk mulai berani mandiri dan dewasa dalam membina otonomi keluarganya.

Istilah seorang suami adalah anak ibunya, itu benar sampai kapanpun, namun seorang suami juga seorang imam dan qowam yang memiliki tanggungjawabnya sendiri, termasuk otoritasnya. Ibarat wilayah, ia harus otonom, walau terus menjalin silaturahmi dan terus merawat orangtuanya.

#fitrahbasededucation

#fitrahbasedlife

Oleh Ustadz Harry Santosa Allahuyarham Biografi beliau bisa dilihat disini

Sebuah Karya, menurut seorang Ulama besar, Ibn Hazm, bukanlah sesuatu yang baru, namun hasil merangkai hikmah hikmah atau karya lain yang terserak, kemudian memadukannya dan menyajikannya lebih baik dan mudah dipahami oleh ummat. Begitulah, saya menggali konsep fitrah (islamic concept of human nature) dari berbagai sumber dalam waktu yang cukup panjang, dan subhanalllah para Ulama dahulu sudah lengkap mendefinisikan dan menggali konsep fitrah.

Kemudian disiplin saya dalam manajemen pengetahuan menghendaki perlunya mencluster fitrah, agar kelak lebih mudah menggalinya lebih dalam dan menpraktekkannya sempai kepada indikator, tentu dengan tetap merujuk pada karya para Ulama, maka alhamdulillah, saya mendapatkan setidaknya ada 8 cluster fitrah manusia, dari Kitab Mizanul Amal dan Kimiya asSa’adah, karya Imam Ghazali ditambah beberapa literature lain, yaitu

1. fitrah keimanan (core fitrah as spiriual nature),

2. fitrah belajar & bernalar (intellectual nature),

3. fitrah bakat (professional nature),

4. fitrah seksualitas n generatif (gender n family nature),

5. fitrah individualitas n sosialitas (social nature),

6. fitrah estetika & bahasa (aesthetic nature),

7. fitrah jasmani (health nature),

8. fitrah perkembangan (growth maturity nature).

Ternyata cluster fitrah ini sangat membantu dalam melihat fitrah fitrah apa saja yang merupakan potensi dalam diri kita, dan kita bisa mulai menerapkan dalam pendidikan maupun kehidupan untuk memastikan semua fitrah ini kelak tumbuh paripurna, sesuai tahapannya dan jangan sampai ada yang terlewat. Misalnya buat apa bakat hebat, tetapi spiritual jongkok, atau belajar hebat tetapi homosex atau antu sosial dstnya. Belakangan alhamdulillah, saya dan team bisa memetakan 8 fitrah dalam Kehidupan Rasulullah SAW, sejak lahir sampai Beliau wafat, sehingga bisa dijadikan panduan dalam menata dan memerankan kehidupan. Begitupula saya menemukan idea menarik dari karya Muhammad Faris (Barakah Academy) yang memetakan 3 cluster dalam Daily Routine atau rutinitas harian Nabi Muhammad SAW. Kemudian saya tertarik untuk mengembangkan menjadi 8 cluster selaras fitrah. Untuk memudahkan saya berikan warna warni.

Di dalam gambar saya baru berhasil mengcluster menjadi 4 cluster fitrah, dan sedang mendalaminya dibantu sebuah buku yang sangat bagus yaitu Agenda Harian Rasulullah SAW (alYaum anNabawi). Buku ini adalah terjemahan dari karya seorang Ulama yang bernama Abdul Wahhab bin Nasr AthThahriri.

Coba bayangkan kita dan anak anak kita dapat secara visual melihat bagaimana 8 fitrah bekerja dalam aktifitas Nabi kita tercinta SAW selama 24 jam sehari semalam. Ini memberi inspirasi kita untuk hidup selaras fitrah dengan mengikuti sunnah sunnah dalam 24 jam sehari semalam. Mulailah saya menempel Label Warna Warni untuk setiap aktifitas Rasulullah SAW, terkait masing masing clister fitrah. Sangat menarik dan antusias mengerjakannya. InsyaAllah semakin memperkaya konsep dan praktek Fitrah based Education dan Fitrah based Life.

Senoga sedikit usaha saya dan team ini dicatatkan sebagai keridhaan Allah SWT hingga yaumil akhir dan bermanfaat untuk teman teman semua, Allahumma aamiiin InsyaAllah akan disajikan dan disampaikan dalam Fitrah based Education Masterclass dalam mendidik anak, juga di Fitrah based Life Masterclass dalam perspektif menjalani kehidupan orang dewasa.

Silahkan bergabung ya

#fitrahbasededucation

#fitrahbasedlife

#fitrahworldmovement