Community based Education (CBE) with FBE
Oleh Harry Santosa Allahuyarham.
Sebelum negara mengambil alih pendidikan untuk kepentingan industri, sesungguhnya sepanjang sejarah sentra pendidikan adalah Keluarga dan Keluaga Besar (Join Family) atau disebut Komunitas (community). Di Indonesia kita mengenal konsep Surau, Meunasah, Dayah, Rangkang, Pesantren dll yang sesungguhnya adalah sentra pendidikan berbasis keluarga atau berbasis komunitas.
Ada kaidah dari Turki, bunyinya, “It takes a village to raise a child”, bahwa kita membutuhkan orang sekampung untuk membesarkan anak. Kaidah ini sesungguhnya kaidah yang berlaku sepanjang zaman dan selaras fitrah, bahwa hanya keluarga dan jamaahlah yang paling memahami sistem nilai yang diyakini, budaya, realita sosial, local wisdom dan local advantage alam dimana mereka tinggal serta tujuan dan kebutuhan pendidikannya.
Hal di atas, dimana keluarga dan komunitas mampu berdaulat dalam mendidik akan terjadi apabila peran fitrah keluarga dan peran fitrah jamaah menguat dan keduanya kembali menjadi unit peradaban, bukan kuli atau budak peradaban.
Sejak masa kolonial, pendidikan berbasis keluarga atau berbasis komunitas itu dianggap sekolah liar dan dihapuskan, padahal justru model pendidikan berbasis keluarga dan komunitaslah yang melahirkan para pahlawan dan orang orang yang jiwanya bangkit untuk membela dan membangun negerinya. Perbudakan modern jelas tak menghendaki kedaulatan pendidikan bagi keluarga dan komunitas.
Di era perbudakan modern, pendidikan menyempit menjadi hanya pencetak kepintaran dan keterampilan berkompetisi di dunia industri untuk kepentingan sosial ekonomi, sehingga memcerabut generasi kita dan anak anak kita dari akar fitrah keluarganya dan komunitasnya, akar fitrah keimanannya, akar fitrah kehidupan sejarahnya, akar fitrah alamnya serta realitas sosialnya.
Sistem pendidikan modern dikenal hanya melahirkan human thinking dan human doing (manusia pintar dan terampil), namun gagal melahirkan human being atau manusia paripurna atau insan kamil. Sistem pendidikan modern juga dikenal hanya melahirkan para Urban yang tak mampu membangun daerahnya karena pengetahuan dan keterampilan nya hanya untuk mengais upah di kota sebagai sekrup dan mesin industri.
Inilah kemudian yang menyebabkan banjirnya urbanisasi ke kota, terbengkalainya desa, mahalnya tanah di kota, rusaknya daya dukung lingkungan di kota, banjir dan macet, pencemaran dan polusi air dan tanah, orang orang dengan budaya gila kerja yang mengalamk ketidakseimbangan hidup,dan ketidakbahagiaan hakiki, toxic parent, toxic relationship, gangguan kecemasan, sampai maraknya perceraian KDRT dan banyaknya anak gagal didik.
Ini bagai siklus kezhaliman, karena kelak anak anak yang pintar dan terampil namun gagal didik ini, kelak akan melahirkan generasi urban lagi yang gagal didik lagi dan menjadi budak peradaban lagi. Begitu seterusnya. Karenanya, demi masa depan generasi muda, maka siklus kezhaliman ini harus diputus dengan kembali kepada fitrah Keluarga dan fitrah Komunitas dalam mendidik generasi.
Kembali ke Fitrah Keluarga dan Fitrah Komunitas dalam Mendidik
CBE adalah sebuah teritory, suatu basecamp dimana keluarga keluarga dapat bersinergi dan berkolaborasi dalam mendidik generasi masa depan. Tentu ini merupakan keluarga keluarga yang memiliki misi yang sama dan mampu membuat solusi dan berinovasi merancang kurikulum berbasis fitrah bersama untuk anak anak mereka sendiri.
Manfaat CBE
Selain untuk mengembalikan kedaulatan Fitrah Keluarga dan Fitrah Komunitas, juga
1. Menanggung bersama proses dan biaya mendidik generasi
2. Membuat anak merasa dibesarkan oleh komunitas dan sangat baik bagi kedewasaannya
3. Memaksimalkan hasil dengan meracik sendiri Kurikulum yang paling sesuai kebutuhan komunitas
4. Mengantarkan generasi masa depan untuk terbiasa bersinergi dan berkolaborasi
5. Membina kemampuan mengelola Local Wisdom dan Local Advantage atau Local Resources
6. Membangun kemampuan membangun desa atau daerahnya sendiri
7. Menghidupkan kembali Kearifan lokal dan konservasi alam setempat
8. Saling membackup dalam mendidik, khususnya bagi orangtua yang dibutuhkan publik atau Single Parent
9. Menguatkan Keluarga dan Komunitas sebagai unit peradaban yang berdaulat
10. Memberikan imunitas bagi berbagai krisis dunia
11. dstnya
Mengapa harus berbasis fitrah?
1. Keluarga dan komunitas adalah Unit Peradaban yang berdaulat, sehingga harus diempower sesuai fitrahnya, baik fitrah sistem nilai atau keyakinan yang dimiliki, fitrah manusia manusia yang menghuni komunitas itu, fitrah alam dimana mereka ditakdirkan tinggal, fitrah kehidupam di zaman dan sejarah ketika mereka ditakdirkan hadir.
2. Keluarga dan komunitas adalah miniatur peradaban, karenanya perlu dilihat sebagai sebuah landscape peradaban yang memiliki kelengkapan fitrahnya sebagaimana point 1
3. Pendidikan yang akan melahirkan Insan kamil, harus berangkat dari konsep human nature yang terbenar dan terbaik, yaitu konsep fitrah menurut alQuran. Allah tidak akan mengubah keadaan suatu Kaum sampai mereka mengubah jiwanya. Fitrah ada di dalam jiwa manusia, memberikan cahaya spiritual bagi semua dimensi hidup selaras fitrah
Bagaimana Strategi Memulai dan Membangun CBE,
1. Start with Why, Finda Your Why. Bangun Keyakinan, rumuskan Misi Bersama untuk mengenbalikan Kedaulatan dalam pendidikan, dan kedepannya pasti berdampak pada kedaulatan pangan, energi juga ekonomi.
2. Find People who Believe what you believe. Temukan orang orang yang Misi nya sama yaitu berdaulat dan mandiri dalam pendidikan. Selalu bersinergi dan berkolaborasi, kegagalan terjadi selalu karena ada ego untuk berkuasa atau menguasai. Namun ingat bahwa sebuah komunitas memerlukan tokoh yang disegani dan dihormati untuk membimbing.
3. Designing Curriculum. Rancang kurikulum berbasis fitrah untuk setiap tahap usia anak, yang mampu menginteraksikan fitrah dengan alam, kehidupan dan Kitabullah. Ingat bahwa gunakan selalu local resources, jangan mengada ada, atau menunggu semua ada, mulai dari apa yang ada. Bekalkan kemampuan para orangtua untuk mengobservasi fitrah anak dan merancang personalized curriculum untuk anak anak mereka sendiri.
4. Provide Basecamp. Siapkan Basecamp, sebuah teritory. Ini bisa sewa atau kerjasama dengan pemilik lahan atau sekolah yang tak memilki CBE, jadi tak harus membeli. CBE ini sebaiknya lahan yang bisa memunculkan dan mengeksplorasi local advantage dan local wisdom.
5. Create Database. Inventaris atau database kan kompetensi anggota komunitas dan pakar lokal. Semua kelak harus berkontribusi dan bersinergi dalam mendidik. Partisipasi publik, volunterisme dan budaya fitrah (fitrah culture atau fitrah lifestyle) adalah syarat berhasilnya transformasi.
6. Setup Governance. Susun Etika atau Tatakelola Bersama, agar jelas pembagian hak dan wewenang. Ketika komunitas membesar bukan tidak mungkin ada benturan dan kepentingan ego yang merusak. Ini bisa semacam AD/ART dll
7. Build Knowledge Platform. Susun Platform Knowledge dalam mendidik bersama, misalnya menggunakan FBE dan FBLsebagai konsep dan framework. Tidak ada satu komunitaspun yang akan bisa bangkit tanpa Platform Knowledge atau pengetahuan yang disepakati sebagai panduan.
Semoga bermanfaat.
Salam Peradaban
Trackbacks & Pingbacks
[…] lewat mata, telinga, mulut dan hati (perasaan), melalui berbagai sumber baik tutur bahasa, budaya sastra lewat apresiasi, tampilan yang indah berupa hiasan, tirai, dekorasi dan desain perabot rumah […]
[…] Baca juga: Community-Based Education CBE with FBE […]
[…] Baca juga: Community-Based Education CBE with FBE […]
[…] Baca juga: Community-Based Education CBE with FBE […]
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!