Libatkan Anak dalam Misi Keluarga dan Bisnis Keluarga

Regeneration and Family Education

Mendidik Anak Mandiri dan Dewasa

Problem hari ini bukan kurangnya anak pintar dan terampil, namun kurangnya anak yang mandiri dan dewasa pada waktunya (usia 15 tahun) dengan kemampuan leadership dan memikul tanggungjawab baik beban syariah maupun beban masalah ummat atau dalam Islam disebut dengan mukalaf.   

Usia 15 Tahun: Tanggung Jawab dan Kemandirian

Semua ulama sepakat bahwa anak yang sudah berusia 15 tahun, tidak wajib lagi dinafkahi, karena dia sudah setara dengan orang tuanya dalam tanggungjawab baik syariah maupun muamalah. Jika masih dinafkahi maka itu bukan nafaqoh tetapi zakat atau shodaqoh karena statusnya faqir miskin.   

Kedewasaan yang Tertunda: Dampak dan Konsekuensi

Kedewasaan yang tidak tiba pada waktunya, akan menyebabkan turbulensi dalam kehidupan. Kesenjangan antara organ biologis dan otak yang sudah teraktifasi bak orang dewasa, namun jiwanya masih berupa jiwa anak anak dengan fitrah yang tak tumbuh baik.

Pendidikan Fitrah: Membentuk Anak yang Bertanggung Jawab

Maka AyahBunda, pendidikan bukan tentang persekolahan semata, justru pendidikan yang utama adalah membuat anak tumbuh fitrahnya dengan paripurna dipandu Kitabullah sehingga menjadi berbahagia, bertanggungjawab, dewasa, adil dan beradab pada Allah, pada RasulNya, pada Agamanya, pada Dirinya, pada AyahIbunya, pada Keluarganya, pada Alamnya, pada Ulama dan Ummatnya atau Masyarakatnya.   

Pendidikan Bukan Hanya Persekolahan

Ada sepasang suami istri, baru memulai bisnisnya, sementara anaknya sudah beranjak usia 7 dan 9 tahun, lalu bingung bagaimana mendidik anak anaknya sementara sedang merintis bisnis. Sebenarnya sederhana, libatkanlah ananda yang sudah berusia di atas 7 tahun dalam bisnis keluarga, dengan peran yang sederhana namun bertahap sesuai usianya sampai kelak ia matang dan dewasa juga terampil.   

Melibatkan Anak dalam Bisnis Keluarga: Pendidikan Nyata

Bisnis keluarga apalagi yang selaras dengan Misi Keluarga adalah hal yang paling baik untuk melibatkan anak, selain membuat anak menjadi bagian penting dari keluarga juga mereka melihat keteladanan langsung dari bagaimana Ayah dan Ibunya berjibaku berjuang merintis bisnis dari awal dan melihat bagaimana keimanan itu melekat dalam bisnis, bukan sekedar bisnis untuk bisnis mencari uang atau mengejar profit tanpa keimanan atau misi langit atau misi keluarga yang kokoh   

Misi Keluarga: Landasan Bisnis yang Berkah

Misi Keluarga tentu bukan misi misian capaian sukses dunua, namun harus terkait dengan Keyakinan atau keimanan untuk menolong Ummat, untuk menyeru Kebenaran, untuk melakukan perubahan yang Allah ridhai pada suatu bidang spesifik kehidupan. Inilah misi langit setiap keluarga.

Misi Langit: Tujuan Utama Bisnis Keluarga

Misi Keluarga adalah suatu yang menggebu gebu ingin dilakukan di jalan Allah, misalnya menolong anak yatim agar mandiri, memakmurkan masjid dengan professional, melestarikan alam dengan permakultur, membantu pemuda agar memiliki bisnis yang sustain dan inovatif, menyediakan makanan halal & thayyieb dengan cafe organik, menebarkan Ilmu alQuran dengan pendekatan yang mudah, mengkampanyekan pemikiran Islam yang benar dengan media, memberdayakan desa dengan energi terbarukan dan eco pesantren dsbnya.

Nah dari sinilah Bisnis Keluarga dirintis dan dibangun. Jadi bisnis bukan tentang mengejar omset yang tiada akhirnya, namun tentang bagaimana mendeliver solusi terbaik bagi ummat dengan ihsan atau professional untuk mewujudkan misi langit keluarga. Jangan khawatir, sekecil apapun skala bisnis, jika berangkat dari misi keluarga yang merupakan misi langit, maka ia seperti atom, kokoh dan dinamis, kelak ledakannya akan dahsyat bagi kemashlahatan ummat dan akhirat.

Keteladanan: Kunci Mendidik Anak

Maka ada nasehat, “menikahlah sebelum mapan”, ini agar anak anak yang sudah di atas 7 tahun dapat terlibat dalam perjuangan misi keluarga. InsyaAllah mereka akan mudah untuk disiplin atau beradab, karena fitrahnya tumbuh paripurna bersamaan dengan interaksi langsung pada kehidupan nyata dan keteladanan yang nyata bagaimana Ayah dan Ibunya berjuang nyata untuk agama Allah .   

Ingatlah bahwa kehebatan itu tak bisa diajarkan atau dikursuskan, namun ditularkan dengan keteladanan nyata. Maka mendidik anak itu sesungguhnya tentang bagaimana Ayah dan Ibunya mampu memerankan fitrahnya juga Misi Langitnya dengan sungguh sungguh.

Membangun Generasi Peradaban: Keteladanan Orang Tua

Semoga anak anak kita, kelak menjadi generasi peradaban yang tangguh, adil dan beradab dengan peran peradaban terbaiknya sesuai fitrahnya untuk peradaban yang lebih mulia. .   

Salam Peradaban

oleh Harry Santosa Allahuyarham

#fitrahbasededucation

#fitrahbasedlife

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *