Pentingnya Memahami Fitrah

Pentingnya Memahami Fitrah diri

Seorang Istri dan Permintaan kepada Suaminya

Meminta Suami Lebih Lembut

Seorang istri meminta suaminya agar lebih lembut dalam bicara, mau lebih peka mendengarkan perasaan istrinya, lebih santuy pada istrinya.

Jawaban suaminya: Istrinya diminta memahami gayanya, “Kamu kan tahu, saya ini tidak bisa lembut, sejak dulu saya kan tipikal Umar bin Khottob RA alias tempramental?”

Meminta Suami Lebih Tangguh

Seorang istri meminta suaminya, agar sebagai qowam dan imam, lebih tangguh dalam memimpin keluarga, mendidik anak juga bisnis.

Jawaban suaminya: Istrinya diminta memahami personality-nya, “Kamu kan tahu, saya ini plegmatis bukan koleris, jadi pahami kepribadian saya.”

Meminta Suami Memiliki Misi Keluarga

Seorang istri meminta suaminya agar memiliki misi keluarga yang ajeg, tegas dalam memperjuangkannya, menuntun anak istrinya menjalankan misi keluarganya.

Jawaban suaminya: Istrinya diminta memahami bakatnya, “Kamu kan tahu, saya ini tidak memiliki potensi kekuatan sebagai commander, juga bukan orang yang berbakat strategis, saya tipe eksekutor, jadi sampai kapanpun saya ga akan mampu membuat misi keluarga.”

Refleksi: Jangan Benturkan Fitrah dengan Label

Tiga cerita sederhana di atas menggambarkan betapa kita seringkali membenturkan fitrah kita dengan label-label, topeng-topeng karakter, personality, bakat, dan sebagainya yang merupakan buatan manusia. Label-label tersebut sifatnya kira-kira dan belum pasti, sehingga justru meninggalkan fitrah itu sendiri, termasuk fitrah keayahbundaan.

Label-label di atas sebenarnya dibuat manusia untuk mengetahui bagaimana tipe atau gaya manusia dalam mencapai sesuatu. Namun, seringkali mereka yang dilabel justru terjebak dalam egosentrisme, menganggap label itu sebagai dirinya yang sesungguhnya dan menggunakannya sebagai alat untuk bersembunyi dari peran fitrahnya.

Padahal, bisa jadi apa yang tampak dan dilabel itu sesungguhnya bukan sifat uniknya, tetapi karena salah asuh, trauma, atau ada fitrah yang tidak tumbuh dengan baik. Contoh ekstremnya misalnya pada fitrah seksualitas: apakah seorang lelaki yang aktivitasnya, gayanya, tindak tanduknya, dan fashion-nya sangat feminin lalu bisa dilabel sebagai perempuan? Jadi, observasi aktivitas saja bisa bias apabila tidak menelusuri sifat dasarnya.

Fitrah Tidak Bisa Dibenturkan dengan Sifat Unik

Saya tidak menolak bahwa manusia punya sifat unik. Namun, sifat unik atau potensi unik jangan sampai membuat seseorang mengabaikan fitrah lainnya. Seorang yang dinilai bahwa kepribadiannya atau bakatnya tidak religius, lalu dengan mudah bisa mengatakan, “Saya memang tipe orang yang bukan agamis atau kurang spiritual.” Lho?

Fitrah itu justru sifat dasar spiritual. Maka, aneh kalau urusan spiritual dianggap sebagai keunikan atau dibenturkan dengan sifat unik. Ini hanya satu contoh.

Kembali kepada Fitrah

Pertama: Kembali kepada Fitrah Sejati

Seseorang harus berusaha kembali kepada fitrah sejatinya, karena bisa jadi pola asuh, pendidikan, atau lingkungan menyimpangkan fitrahnya. Seorang ayah yang kurang keayahan harus kembali pada fitrah keayahannya. Seorang ibu yang kurang keibuan harus kembali kepada fitrah keibuannya.

Kedua: Letakkan Fitrah pada Tempatnya

Misalnya bakat, ini fitrah juga. Gunakan dalam kehidupan karir atau bisnis, tetapi jangan dibenturkan pada kehidupan keluarga. Seorang ibu sehebat apa pun bakat kepemimpinannya, dalam kehidupan keluarga ia tetap makmum yang setia, lembut penuh cinta. Gunakan bakat itu pada kehidupan profesi saja.

Seorang ayah betapapun bakatnya sangat melow, baperan, sensitif, atau cengeng, gunakan saja dalam profesinya sebagai penulis novel atau pencipta lagu sedih. Namun, di rumah atau dalam kehidupan keluarga, ia tetap harus menjadi imam yang tangguh dan tegas.

Silahkan direnungkan…

#fitrahbasedlife

Ingin Memahami Lebih Jauh?

Ingin memahami lebih jauh FBL untuk menemukan Misi Hidup, baik Misi Personal maupun Misi Keluarga? Silahkan pesan bukunya melalui link pemesanan atau ikuti FBL MasterClass yang akan kembali diadakan.

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *